TNI Koordinasi dengan Paspampres Luar Negeri Soal Pengamanan G20, Termasuk AS dan China

JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengakui sudah menjalin kerja sama intelijen untuk saling bertukar informasi dengan negara lain menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November di Bali.

“Sebelum pelaksanaan G20, dalam hal intelijen kita sudah bekerja sama, meminta mereka membantu sharing intelijen,” kata Andika dalam Konferensi Pers #G20Updates, dipantau dari kanal YouTube Kemkominfo TV, di Jakarta, Kamis 20 Oktober dilansir Antara.

Dengan keterbatasan dan kelebihan Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, tutur Andika, akan lebih baik ketika Indonesia berkomunikasi dengan badan intelijen militer milik negara lain.

“Untuk apa? Ya itu, untuk mendeteksi lebih awal. Mungkin ada intelijen atau informasi dari negara-negara partisipan yang mungkin ada hubungannya dengan rencana kegiatan di Bali,” ucap Andika.

Kerja sama antarintelijen tersebut, kata Andika, telah berlangsung sejak tiga bulan lalu. Melalui kerja sama ini, Andika berharap dapat saling melengkapi informasi dan data dari intelijen masing-masing sehingga situasi keamanan pada G20 dapat terkendali.

Andika juga menjelaskan, selain kerja sama antarintelijen, juga terdapat kerja sama terkait keamanan lainnya, seperti negara-negara yang membawa pasukan pengamanan kepala negara tersendiri.

“Sama halnya ketika presiden berkunjung ke luar negeri, biasanya kita juga menggandeng tuan rumah. Dalam hal ini, tiap-tiap negara juga punya tim pengaman sendiri,” ucap Andika.

Secara spesifik, Andika mengungkapkan bahwa pihaknya sudah berkomunikasi dengan pasukan pengaman dari Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Secara spesifik, saya sudah komunikasi dengan Amerika Serikat dan Tiongkok. Sejauh ini, kami berusaha untuk mengakomodasi. Intinya, kami ingin para kepala negara ini merasa aman, merasa nyaman,” kata Andika.

Indonesia mengemban kepercayaan Presidensi G20 pada 2022, dan mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger.

G20 merupakan forum global yang beranggotakan 19 negara dan satu kawasan dengan kontribusi 80 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen populasi dunia.