Debat Pilkada Solo: Penantang Independen Bajo ke Gibran-Teguh ‘Jenengan kan Dewan, Lucu Bicara Tapi Fakta Beda’
SOLO - Pasangan calon wali kota-wakil wali kota Solo dari jalur perseorangan alias independen Bagyo Wahyono-F.X. Supardjo (Bajo) mempertanyakan pernyataan paslon Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa soal penanganan dan pencegahan radikalisme. Pernyataan Teguh Prakosa disebut Bajo bertolak belakang dengan fakta yang ada di Kota Surakarta.
“Ini fakta, kenyataan terjadi di Kota Solo banyak sekali gesekan-gesekan. Bahkan masyarakat sekarang miris sekali adanya ormas seperti yang kita lihat selama ini. Gesekan-gesekan antar ormas atau antara komunitas di Solo mengerikan sekali,” kata calon wali kota Solo dari independen Bagyo dalam debat Pilkada Surakarta, Kamis, 3 Desember.
Masyarakat Surakarta disebut Bajo sangat resah dengan munculnya tindakan intoleransi yang pastinya mengganggu kerukunan antar umat beragama.
“Sedangkan jenengan (kamu) saat ini anggota dewan, bagaimana jenengan menyikapi? Kan sangat lucu bisa berbicara seperti itu tapi fakta di Kota Solo masih banyak kerawanan, ada demo-demo dan sebagainya. Jenengan (kamu) istilahnya kan dewan, mestinya bisa menghadang bagaimana merukunkan itu semua,” kata Bagyo.
Respons ini disampaikan Bajo menanggapi pernyataan Teguh Prakosa soal kerukunan umat beragama. Dalam debat Pilkada Solo sebelumnya diputar video taping pertanyaan Pendeta Anton Karundeng dari GKI Surakarta mengenai upaya menjaga kerukunan umat beragama di Solo.
“Untuk meneguhkan NKRI maka program Gibran-Teguh yang pertama adalah bagaimana kerukunan umat beragama di kota Surakarta. Komunikasi harus dilakukan kemudian pendekatan budaya yang ini akan kita utamakan untuk mengurangi dan menghilangkan bibit radikalisme,” kata Teguh Prakosa.
Menurut dia, pendidikan sejak dini punya peran penting menghadang pemahaman radikalisme atau intoleransi.
“SD, SMP ini perlu sekali upaya penanaman ideologi khususnya Pancasila ini harus kita lakukan ke depan. Kemudian tidak kalah pentingnya bagaimana komunikasi kita terhadap seluruh tokoh agama, budaya, tokoh yang ada di Surakarta untuk membangun kebersamaan. Bagaimana mengatasi supaya media di Surakarta khususnya di social media agar tidak dipergunakan semena-mena,” kata Teguh.
Sementara itu calon wali kota nomor urut 1 Gibran Rakabuming Raka menyebut kerukunan umat beragama tak bisa dipaksakan. Karenanya harus dilakukan penanaman pemahaman sejak dini sekaligus melakukan pendekatan kebudayaan.
“Yang namanya kerukunan beragama sesuatu yang tidak bisa dipaksakan, harus berakar dari kita sendiri. Kalau dipaksakan jadi kerukunan semu dan menjadi bom waktu. Kita perlu memperbanyak pendekatan budaya Pak, sekarang di hampir seluruh kelurahan gamelan, kita ke depan ingin anak muda aktif memainkan gamelan sehingga punya identitas berakar, kuat dan bangga budaya Kota Solo. Itu akan mengurangi kejelekan-kejelekan dan intoleransi di Kota Solo,” papar Gibran yang juga putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini.