Mundur dari Ketua Umum PSSI Justru Menunjukkan Iwan Bule Tak Bertanggung Jawab Pada Tragedi Stadion Kanjuruhan
JAKARTA - Desakan agar Mochamad Iriawan atau Iwan Bule mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI semakin menguat, terutama di twitter. Perhimpunan Jurnalis Rakyat membuat petisi di change.org, Tragedi Kanjuruhan, Desak Ketua Umum dan Pengurus PSSI Mengundurkan Diri. Hingga Rabu (12/10) pukul 23.47 WIB, petisi sudah ditandatangani 28.203 orang.
“Kita juga meminta Ketua Umum dan semua pengurus Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mundur dari jabatannya, sebagai bentuk hormat dan respect terhadap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang dan untuk pembenahan sepak bola secara keseluruhan,” tulis Perhimpunan Jurnalis Rakyat.
Tragedi Stadion Kanjuruhan menjadi tamparan keras dan menandakan pesepak bolaan nasional harus dibenahi. Semua pihak yang berkepentingan harus duduk satu meja mencari solusi agar menjadikan sepak bola Indonesia lebih maju dan berkembang, berhentilah mencari pamor dan aspek politis terlebih pascatragedi ini.
Pengamat Sepak bola Tommy Welly pun berpendapat Iwan Bule harus mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.
“Bahkan, tidak cuma Iwan Bule, jajaran Exco PSSI juga harus mundur sebagai bentuk tanggung jawab moral dan etika,” kata Tommy.
Bagaimanapun, pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 adalah pertandingan resmi, bukan pertandingan sepak bola liar.
“Tidak cukup hanya dengan menghukum panpel, harus ada pertanggung jawaban yang lebih. Ini bukan kasus biasa,” kata Tommy kepada VOI beberapa waktu lalu.
Ancaman Shin Tae-yong
Bila Iwan Bule harus mundur, maka Shin Tae-yong juga mengancam akan mundur dari jabatannya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Menurut dia, Iwan Bule adalah figur yang sangat mencintai sepak bola dengan kesungguhan hati. Dia terus memberikan dukungan agar sepak bola Indonesia dapat lebih berkembang.
“Jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri,” kata Shin Tae-yong dalam akun Instagramnya pada Rabu (12/10).
Sepak bola dalam filosofi Shin, adalah sebagai tim. Sepak bola bukanlah olahraga individu. Tidak akan bisa menang dengan hanya satu orang saja yang bagus. Tidak bisa sukses pula jika hanya 11 pemain saja yang memiliki performa bagus.
Kesuksesan bisa diperoleh ketika semua unsur dalam sepak bola menjadi satu tim, mulai dari pemain inti, pemain cadangan, staf pelatih, ofisial, semua karyawan federasi termasuk ketua umum.
“Saya dengan masyarakat Indonesia dapat mengembangkan sepak bola Indonesia bersama setelah saya datang ke Indonesia pada tahun 2020. Ini adalah prestasi atau hasil yang dibuat oleh para pemain, fans dan Ketua Umum PSSI yang memilih saya,” lanjutnya.
Sangat disayangkan, bila semua tanggung jawab dialihkan kepada Ketua Umum PSSI. Menurut Shin, Iwan Bule telah mengembangkan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Pasti bisa juga mengatasi keadaan ini dengan baik.
“Saya pun akan berusaha lebih keras agar sepak bola Indonesia lebih maju lagi. Sebagai penutup, sekali lagi saya ingin mengucapkan bahwa saya ingin memberikan dukungan penuh kepada para korban, keluarga korban dan seluruh masyarakat Indonesia.”
Pemain bertahan Timnas Indonesia, Asnawi Mangkualam sependapat, “This is true, Pak Iwan Bule masih yang terbaik.”
Pemain Timnas lainnya seperti Egy Maulana Vikri dan Fachruddin Aryanto menyatakan dukungan dengan emoji folded hands dan hati. Begitupun Elkan Baggot dengan emoji tangan berdoa dan hati.
Sedangkan Nova Arianto, asisten pelatih Shin Tae-Yong memberi hormat. Dia menuliskan, “Respect coach dan jangan pernah lelah untuk membangun sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik.”
Sutradara Fajar Nugros justru mempersilakan Shin Tae-Yong untuk mundur. “Please, silahkan mundur!”
Ragam Komentar
Menurut @iqbaaal.k, pekerjaan rumah untuk lebih memajukan kompetisi liga di Indonesia memang masih banyak. Setidaknya, keberadaan kompetisi reguler berjenjang yang rutin digelar setiap tahun merupakan langkah awal untuk mengembangkan sepak bola Indonesia lebih baik lagi.
Sehingga, dia berpendapat tidak ada yang harus mundur dalam LIB maupun PSSI.
“Saya setuju 100% kalo kompetisi masih dijalankan jam 20.00 (maksimal) mau high risk match ataupun tidak, harus ada kerja sama yang saling menguntungkan antara pihak televisi maupun federasi yg berimbas ke klub dan pemain secara rata,” komentarnya.
Justru yang harus dilakukan adalah penyuluhan revolusi mental dari SDM yang ada di Indonesia. Pemikiran dan sikap dalam balutan fanatisme buta lah yang menghancurkan sepak bola Indonesia.
“Hari ini momen untuk revolusi, namun revolusi yg dimaksud adalah perubahan mindset pada SDM itu sendiri, jangan bilang fanatis jika KLUB masih didenda untuk membayar kerugian yg ditimbulkan oleh suporter klub itu sendiri,” lanjut @iqbaaal.k.
Kembali ke definisi suporter, berasal dari ‘support’ atau mendukung. Jangan hanya mau menangnya saja, tetapi temani juga dalam kondisi terpuruk dan bantu bangkit. Tidak hanya menuntut tapi berikan pesan yg membangun.
“SUPORTER adalah cerminan persepak bolaan sudah bisa dikatakan maju atau belum!!!”
Sementara @arieramadhanpr lebih menyoroti peran eksekutif komite (Exco) PSSI. Dia menengarai Shin akan lebih sulit beradaptasi bila ada pergantian di pucuk pimpinan PSSI. Belum lagi perbedaan visi misi yang akan diusung pengganti Iwan Bule nanti sejalan atau tidak dengan Shin.
“Walaupun pak Iwan Bule belum pernah berkecimpung dalam dunia per sepak bolaan, beliau terus berusaha untuk membenahi sepak bola kita, bahkan beliau malah dijadikan tameng dari beberapa orang. Selain itu, walaupun beliau kadang suka menonjolkan diri ketika ada yg positif dari sepak bola kita terlihat haus akan pengakuan, tapi masih wajar lah,” tuturnya.
Justru yang harus hengkang adalah para Exco yang hanya ikut mencari makan tapi tidak memiliki kontribusi yang lebih. Ganti dengan orang-orang muda yang memiliki integritas, ilmu, dan semangat juang tinggi memajukan sepak bola Indonesia.
“Kalo pengurusnya itu itu saja, walaupun FIFA akan mencoba ikut membantu, hasilnya akan NOL BESAR,” kata @arieramadhanpr.
@sijupri31 pun menilai pernyataan Shin Tae-yong tepat. Menurut dia, tragedi Kanjuruhan bukan sepenuhnya kesalahan Ketum PSSI. Kesalahan terbesar adalah perintah penembakan gas air mata.
“Terlepas dari itu, hubungan STY (Shin Tae-yong) dengan ketum pssi sudah berteman baik. Saya mulai suka permainan timnas setelah dilatih oleh STY. Jadi STY harus stay. Dan ketum PSSI baiknya intropeksi, kenapa banyak yg nggak suka sama ketum PSSI,” imbuhnya.
Jawab Singkat
Perihal desakan mundur dari masyarakat, Iwan Bule hanya menanggapi ringan. Semua boleh berpendapat.
"Saya kalau mau lepas tanggung jawab di Jakarta saja. Ini saya namanya mengunjungi, menunggui anggota gitu ya. Saya berada di Malang sampai selesai,” ucapnya kepada awak media di Malang.
Komite Wasit PSSI Ahmad Riyadh juga menilai masyarakat berhak memberikan kritik. Namun, lanjut atau tidaknya Iwan Bule sebagai Ketum PSSI, kongres PSSI yang berhak menentukan.
"Bentuk tanggung jawab tidak harus mundur, bisa dibuktikan dengan mengubah PSSI menjadi lebih baik," kata Ahmad kepada wartawan di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat (Jakpus), Selasa (11/10).
Baca juga:
- Menakar Ancaman Resesi 2023: Bila Rakyat Harus Berhemat, Pemerintah Juga Mesti Tunda Mega Proyek
- Korupsi di Mahkamah Agung adalah Bukti Kebobrokan Lembaga Peradilan Indonesia Benar-Benar Nyata
- Tantangan Pejabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono Mengatasi Banjir dan Macet: Mampukah Dia?
- Melirik Potensi Ekonomi Kreatif Indonesia