Telan Biaya Rp200 Miliar, Pembangunan PLTM Tongar Dapat Suntikan Dana dari PT SMI
JAKARTA - Pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Tongar kapasitas 2x3 MW yang berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat mendapat suntikan dana dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, pemerintah mengapresiasi upaya SMI dalam pendanaan proyek energi hijau. "Akan sulit rasanya bila proyek-proyek EBT hanya digarap oleh pemerintah mengandalkan alokasi APBN. Karena itu, langkah SMI ini jadi milestone model pendanaan proyek EBT di Indonesia," kata Agung melalui keterangan resminya, Kamis 8 September.
Agung menambahkan, dukungan SMI akan memacu pihak swasta lainnya memberikan pendanaan serupa terhadap proyek EBT di masa mendatang. Apalagi pendanaan merupakan salah satu tantangan utama dalam pengembangan ekonomi hijau. "Ini sangat bagus karena green economy butuh pendanaan besar," ungkapnya.
Proyek PLTM Tongar, sambung Agung, diharapkan menjadi salah satu bentuk implementasi pencapaian target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di tahun 2025 sekaligus mendukung komitmen pemerintah untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 serta Net Zero Emission 2060.
Proyek PLTM Tongar sendiri menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik pada tahun 2017 dan ditargetkan beroperasi komersial pada awal tahun 2023. Pembangunan proyek tersebut diperkirakan menelan biaya investasi Rp200 miliar.
Baca juga:
- Mengenal PLTS Atap: dari Pengertian, Kelebihan, Mekanisme, dan Biaya Pemasangan Terbaru
- Habiskan Persediaan Tahun Ini, Vivo Pastikan Tak Lagi Jual BBM RON89 pada 2023
- Percepat NZE, PLN Serahkan Kendaraan Listrik untuk Operasional Istana Negara
- PLN Serahkan Sertifikat Energi Terbarukan untuk 5 Istana Kepresidenan
PLTM Tongar dimiliki dan dikembangkan oleh PT Optima Tirta Energy (OTE) yang merupakan joint venture dari NiX Co. Ltd (NiX), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang rekayasa teknik dan infrastruktur serta Independent Power Producer yang berbasis di Toyama, Jepang, dan PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (NKE), perusahaan swasta terbuka konstruksi nasional dengan kode emiten DGIK.
Bagi PT NKE maupun NiX, PLTM Tongar merupakan proyek pertama yang mereka miliki dalam kapasitasnya sebagai investor, mengingat PT NKE pada dasarnya merupakan perusahaan kontraktor sipil.
Sementara itu, Direktur Utama PT OTE selaku Kepala Bagian Anak Usaha PT NKE Djohan Halim menilai strategi merambah bisnis listrik dari PT NKE merupakan upaya Perseroan untuk memperkuat portofolio bisnis dalam bentuk pendapatan berulang (recurring income) jangka panjang.
Bagi NiX, PLTM Tongar merupakan proyek pertama yang mereka miliki di luar Jepang, khususnya Indonesia. Perusahaan telah mengoperasikan beberapa pembangkit listrik minihidro skala kecil di wilayah Hokuriku, Jepang, termasuk Prefektur Toyama dan Ishikawa.
Perancangan desain dan manajemen konstruksi PLTM Tongar sendiri menggunakan teknologi terbaru seperti model 3D dan 4D. Melalui PLTM Tongar, NiX bermaksud untuk menerapkan best-practice pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Sebagai informasi, pada tahun 2017, NiX memperoleh dukungan investasi dari Development Bank of Japan dan pendanaan dari beberapa bank komersial Jepang untuk melakukan ekspansi bisnis ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di antara portofolio ekspansi bisnis yang juga telah dilakukan adalah pendirian Alam NiX Renewables, sebuah perusahaan investasi PLTS Atap untuk konsumen komersial dan industri (C&I) yang berbasis di Singapura, yang juga telah merambah pasar Indonesia.
Direktur Pengembangan Usaha Luar Negeri NiX Wataru Yoshio yang juga merangkap Direktur PT OTE mengharapkan proyek PLTM Tongar dapat menjadi entry point yang baik dan sukses dalam upaya NiX secara lebih agresif mengembangkan bisnisnya ke negara-negara di luar Jepang, termasuk Indonesia.
Yoshio juga berharap proyek ini, yang juga memperoleh dukungan bilateral dari Pemerintah Indonesia dan Jepang sebagai proyek Joint Creditting Mechanism (JCM), dapat memberikan nilai tambah sosial lingkungan bagi kedua negara secara umum dan khususnya masyarakat sekitar.
Di sisi lain, Direktur Pembiayaan dan Investasi SMI, Sylvi Juniarty Gani, dalam kesempatan ini menyatakan bahwa peran SMI dalam menjalankan mandatnya sebagai katalis pembiayaan pembangunan nasional pada proyek PLTM Tongar ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan bauran energi terbarukan di Indonesia khususnya Sumatera Barat, serta pemerataan pembangunan infrastruktur di luar Jawa sebagai bentuk dari upaya pemulihan ekonomi nasional.