Peneliti Elite Kaspersky Peringatkan akan Lebih Banyak Serangan Trojan Mobile Banking terhadap Perangkat Android dan iOS

JAKARTA - Dengan terus meningkatnya adopsi mobile banking di Asia Pasifik (APAC), perusahaan keamanan siber global Kaspersky memperingatkan akan lebih banyak serangan terhadap perangkat Android dan iOS. 

Khususnya, pemantauan aktif menunjukkan Trojan Anubis yang terkenal kini memberikan kombinasi Trojan mobile banking dengan fungsionalitas ransomware ke ponsel cerdas targetnya.

Trojan mobile banking adalah spesies paling berbahaya di dunia malware. Ancaman ini biasanya mencuri uang dari rekening bank korban dengan cara menyamar sebagai aplikasi resmi untuk memikat orang untuk menginstal. Anubis, merupakan nama dari Trojan mobile banking yang menargetkan Android sejak tahun 2017.

Seorang peneliti elite Kaspersky, Suguru Ishimaru menemukan bahwa pada kuartal kedua tahun 2022, 10,48% pengguna Kaspersky secara global telah menghadapi Trojan perbankan seluler Anubis.

Infeksi awalnya dilakukan berbagai cara, mulai dari membuat aplikasi yang tampak resmi dan tersedia di Google Play, Smshing (pesan phishing melalui SMS), Trojan mobile banking, dan malware lainnya.

Setelah korban masuk ke jebakan, pelaku akan mengambil alih perangkat secara lengkap, mulai dari mencuri informasi dan identitas pribadi, mengakses pesan pribadi dan kredensial masuk, merekam suara, meminta GPS, menonaktifkan play protect, mengunci layar perangkat, dan masih banyak lagi.

"Anubis dikenal karena membahayakan ratusan nasabah bank per kampanye, membuktikan bahwa itu adalah salah satu malware paling aktif yang menargetkan pengguna Android saat ini," kata Ishimaru, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, 1 September.

Ishimaru melanjutkan, temuan terbarunya menunjukkan bahwa penjahat dunia maya di balik ancaman tersebut sudah mulai menerapkan fungsionalitas ransom, yang jika dimodifikasi dan terbukti berhasil, ada kemungkinan kelompok berbahaya lain yang akan menyalin teknik yang sama untuk mencuri data dan menyandera perangkat.

"Akibatnya, saya melihat akan lebih banyak serangan semacam itu di Asia Pasifik karena motivasi finansial yang kuat dari para penjahat dunia maya," tambah Ishimaru lebih jelas.