Sandiaga Uno Atasi Masalah Makanan Mubazir dari Industri Pariwisata di Event G20
JAKARTA - Makanan mubazir dalam kegiatan Presidensi G20 Indonesia menjadi salah satu sorotan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.
Sandiaga menilai makanan mubazir ini masuk dalam isu utama keberlanjutan lingkungan, yang menawarkan solusi pengelolaan food waste di industri pariwisata Indonesia.
"Seperti yang pernah saya sampaikan, makanan-makanan yang mubazir di industri pariwisata terutama dipicu oleh buffet, prasmanan, dan lain sebagainya," ujar Sandiaga dalam keterangannya, Selasa 19 Juli.
Sandiaga menambahkan, untuk food waste yang dihasilkan bisa mencapai dua kali berat badan manusia tersebut dalam setahun.
Sehingga jika orang tersebut punya berat 75 kilogram, maka dalam setahun ia berpotensi hasilkan makanan mubazir atau food waste sebanyak 150 kilogram.
"Nah, ini tentunya jadi PR kita, karena dengan kita memubadzirkan atau membuang buang makanan ini, banyak saudara-saudara kita yang masih menghadapi kelaparan, kemiskinan, tetapi ini juga menyumbangkan emisi karbon," ungkap Menparekraf Sandiaga.
Baca juga:
- VIDEO: Demi WTP, Bupati Bogor Non-Aktif Ade Yasin Beri Rp1,9 Miliar ke 4 Pegawai BPK
- Jaksa KPK Jelaskan Temuan BPK yang Bikin Bupati Bogor Ade Yasin Suap Pegawai BPK
- Jaksa KPK Ungkap Suap Ade Yasin untuk Uang Sekolah Eks Kepala BPK Jabar
- Bupati Bogor Ade Yasin Didakwa Beri Rp1,9 Miliar ke 4 Pegawai BPK Demi WTP
Sehingga sebelum puncak Presidensi G20 Indonesia di Bali pada November 2022 mendatang, Menparekraf Sandiaga menginisiasi 5 strategi yang akan diterapkan di seluruh industri pariwisata Indonesia.
Strategi itu meliputi perubahan perilaku, pembenahan penunjang sistem pangan, pemanfaatan makanan yang tidak termakan, menurunkan emisi jejak karbon, dan mengatur tata kelola sampah.
Bahkan Sandiaga juga berencana membuat delegasi peserta G20 yang terbang dari Amerika dan Eropa, turut bertanggung jawab atas carbon offside atau mengganti jejak karbon yang mereka hasilkan dengan menanam pohon dan sebagainya.
"Misalnya kemarin kita menghitung dari New York menuju Bali itu menggunakan kelas ekonomi harus menanam sekitar 35 pohon. Nah, ini nanti kita terjemahkan berapa jumlah dollar atau rupiah yang harus dikontribusikan untuk menanam mangrove, pohon, ataupun merestorasi terumbu karang," tutup Sandiaga.