Startup Edukasi dan UMKM Indonesia Tumbuh Subur di Tengah Pandemi
JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) harus melakukan berbagai cara agar mereka mampu bertahan di tengah situasi pandemi saat ini. Salah satunya dengan memaksimalkan inovasi agar bisa mendapatkan pendanaan modal dari investor.
Hal tersebut diyakini, Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia, AMVESINDO, Jefri Sirait dalam acara diskusi daring terkait Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021. Menurutnya startup Indonesia masih akan mendapatkan cukup banyak pendanaan meski pun dalam situasi pandemi.
"Pandemi akan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi startup, UMKM, dan modal ventura untuk pemulihan," kata Jefri seperti dikutip dari Antara, Senin, 2 November.
Dalam catatan AMVESINDO, Indonesia masih jadi pasar yang menarik di kawasan Asia Tenggara, selama tiga tahun terakhir. Bahkan jumlah pendanaan dan transaksi yang masuk cenderung meningkat.
Pada 2019, jumlah pendanaan yang masuk mencapai angka 2,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp42 triliun, dan mengalir ke 113 startup. Sektor yang paling banyak mendapatkan pendanaan adalah teknologi finansial (fintech), software as a service (SaaS), e-commerce, new retail dan logistik.
Baca juga:
Hingga kuartal ketiga 2020, AMVESINDO mencatat jumlah pendanaan yang masuk mencapai 1,9 miliar dolar ke 52 startup. Di mana sektor fintech menjadi yang paling banyak mendapatkan pendanaan, diikuti edutech dengan kisaran pendanaan mencapai 20 juta hingga 100 juta dolar.
"Ada optimisme di tengah pandemi, startup Indonesia tetap dapat pendanaan dan juga menggembirakan karena industri ini, secara makro, diperkirakan sangat positif," kata Jefri.
Kendati menurut AMVESINDO, terjadi penurunan nilai transaksi tahun ini karena investor menunda berinvestasi. Asosiasi melihat startup yang mendapatkan pendanaan di tengah pandemi ini merupakan mereka yang berperan dalam digitalisasi UMKM.
Siasat Bertahan
Banyak hal yang dilakukan startup untuk bertahan di tengah situasi pandemi virus corona saat ini. Chief Marketing Officer SiCepat, Wiwin Dewi Herawati mengatakan pihaknya mulai bergerak lebih agresif untuk mengembangkan putaran pendanaan.
"Kami bergerak agresif, melihat ada potensi di mana," kata Wiwin.
Perusahaan logistik ini menyatakan inovasi produk dan kampanye pemasaran merupakan beberapa strategi mereka untuk menjaga kepercayaan penanam modal saat kondisi sekarang ini. Mereka membuat prioritas penggunaan modal yang mereka peroleh, antara lain untuk ekspansi bisnis dan menambah infrastruktur.
Salah satu cara lain yang dilakukan perusahaan rintisan untuk bisa tetap bertahan dengan melakukan go public. Di mana mereka berusaha melakukan efisiensi dari biaya yang mereka keluarkan.
"Dengan kami go public, ini salah satu bentuk konkret untuk investor eksisting dan yang akan datang," kata CEO Cashlez, Tee Teddy Setiawan.