Marshanda Dikabarkan Menghilang saat Episode Manik, Ini Bahaya yang Mengancam
JAKARTA - Kabar kurang sedap datang dari aktris Marshanda. Ia diduga hilang saat berada di Los Angeles, Amerika Serikat. Kabar ini diketahui dari unggahan salah satu teman Marshanda, yaitu Sheila Salsabilla. Dari beberapa unggahan Instagram Story-nya, Sheila tampak sedang mencari Marshanda. Sembari membagikan berita kehilangan, ia juga menjelaskan bahwa Marshanda hilang dalam kondisi psikologi yang kurang baik.
Seperti diketahui, Marshanda didiagnosis mengidap bipolar sejak 2009. Karena gangguan ini, ia kerap mengalami perubahan suasana hati yang drastis. Melansir Halodoc, Senin, 27 Juni, gangguan bipolar merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan perubahan ekstrem pada suasana hati atau mood. Keadaan mood pada gangguan bipolar disebut sebagai episode.
Ada empat jenis episode, yaitu depresi, manik, hipomanik, dan campuran. Disadur dari Mayoclinic, episode depresi merupakan fase terendah yang dirasakan penderita bipolar. Saat memasuki fase ini, pasien rentan merasa putus asa, sedih, kelelahan, bicara lamban, gerak lambat, hingga kehilangan minat atau keinginan dalam melakukan semua aktivitas.
Baca juga:
- Marshanda Hilang Disebut Bercanda oleh Warganet, Sahabat Tidak Terima
- VIDEO: Marshanda Dikabarkan Hilang di Los Angeles, Teman Cerita Mau Live di Langit
- Marshanda Hilang di Los Angeles dan Dalam Proses Pencarian
- Peringati Hari Bipolar Sedunia, Marshanda Cerita Masa Terberat: Dipecat Orang yang Disayang
Sedangkan, episode manik seperti yang dialami Marshanda, merupakan kebalikannya. Pasien jadi terlalu bersemangat, hingga susah mengontrol diri. Saat memasuki episode ini, suasana hati pasien akan meningkat. Bicaranya cepat dengan nada tinggi, mudah terdistraksi, dan gerakannya terlalu berenergi atau hiperaktif.
Pengidap bipolar dengan gejala ini biasanya bisa kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Saking semangatnya, pengidap gangguan bipolar akan mencoba melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu. Pasalnya, tingkat aktivitasnya meningkat drastis.
Pengidap juga bisa melakukan hal-hal yang membahayakan keselamatan diri sendiri, membuat keputusan yang tidak rasional, hingga terjerumus dalam perilaku berisiko. Misalnya, mengambil risiko seksual yang seharusnya tidak dilakukan. Atau melakukan hal-hal yang merugikan diri dari sisi finansial seperti menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk membeli sesuatu yang sangat mahal.
Gangguan bipolar tidak dapat disembuhkan. Namun, melakukan terapi untuk mengubah gaya hidup, mengikuti pengobatan, dan menghindari pemicu bisa membantu pasien mengurangi keparahan gejala.