Pemerintah Ekuador dan Pemimpin Adat Berunding di Tengah Protes

JAKARTA - Pemerintah Ekuador dan para pemimpin adat bertemu pada Sabtu kemarin untuk melakukan perundingan resmi pertama sejak protes massal dimulai dua minggu lalu. Presiden Guillermo Lasso kemudian melonggarkan tindakan pengamanan.

Demonstrasi, yang pecah pada 13 Juni lalu didorong oleh tuntutan kelompok pribumi untuk penurunan harga bahan bakar dan makanan, di antara tuntutan lainnya, telah menyebabkan setidaknya enam kematian warga sipil dan beberapa serangan terhadap pasukan keamanan.

Protes telah memperburuk permusuhan Lasso dengan majelis nasional, di mana anggota parlemen telah menolak dukungan program ekonomi utamanya pada saat berjuang untuk memerangi kekerasan yang dia tuduhkan terhadap geng narkoba.

Majelis pada Sabtu malam akan bertemu untuk membahas pemecatan Lasso atas permintaan beberapa anggota parlemen oposisi, meskipun kelompok itu tampaknya tidak memiliki suara yang diperlukan untuk menyetujui tindakan semacam itu.

Setelah pembicaraan pada Sabtu, Lasso kemudian mengakhiri keadaan khusus di enam provinsi, seperti yang diminta oleh para pemimpin adat.

"Pemerintah menegaskan kembali kesediaan untuk menjamin terciptanya ruang perdamaian," kata kantor pers Lasso dalam sebuah pernyataan dilansir dari Reuters via Antara, Minggu, 26 Juni.

Perwakilan hukum pemerintah, Fabian Pozo mengatakan kepada Majelis Nasional bahwa negara itu secara bertahap kembali normal dan pemerintah telah mendengarkan tuntutan yang sah dari para pengunjuk rasa.

Minggu ini pemerintah juga mengumumkan bantuan pupuk bersubsidi, pengampunan utang dan peningkatan anggaran untuk kesehatan dan pendidikan, tetapi pembicaraan formal antara pemerintah dan pengunjuk rasa, yang dipimpin oleh kelompok adat CONAIE, telah terhenti selama berhari-hari bahkan ketika konfrontasi di protes berlanjut.

"Kami sebagai majelis telah meminta ... agar ketegangan diturunkan, untuk mengurangi konfrontasi sambil mencari solusi," kata ketua legislatif Virgilio Saquicela kepada wartawan.

Pemimpin CONAIE, Leonidas Iza dan beberapa menteri pemerintah menghadiri pembicaraan tersebut, kata Saquicela menambahkan.

Iza mengatakan kelompok-kelompok pribumi akan membuka kembali sebagian jalan yang diblokir selama protes agar makanan masuk ke ibu kota, di mana penduduk mengeluhkan pasokan yang rendah. Namun ia akan tetap berada di Quito sampai mereka mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Lasso.

"Kami tidak akan meninggalkan tumpah darah saudara-saudara kami di sini. Kami datang dengan sebuah tujuan," kata Iza kepada para demonstran.

Pasukan keamanan mengatakan mereka bisa menggunakan peluru karet untuk memadamkan kekerasan dan pawai telah disusupi oleh penjahat yang menggunakan senjata api.

Kelompok-kelompok pribumi menuntut penghentian proyek minyak dan pertambangan dan para demonstran memasuki kawasan perkebunan bunga dan ladang minyak, merusak beberapa fasilitas peralatan.

Industri minyak telah gagal memproduksi 1 juta barel minyak mentah, kata kementerian energi pada Sabtu, dengan kerugian sekitar 96 juta dolar AS (Rp1,42 triliun).

Tambang tembaga Mirador juga mengatakan telah menghentikan operasinya karena penutupan jalan telah menghentikan pasokan yang diperlukan.