Profil Tim Peserta Piala Dunia 2022: Argentina

JAKARTA - Tim nasional sepak bola Argentina adalah tim sepak bola internasional pria yang terdiri dari pemain sepak bola dari seluruh liga top dunia. Tim ini bermain di pertandingan seperti persahabatan dan kompetisi internasional. Namun, fokus utama tim nasional setiap negara adalah untuk berpartisipasi di piala dunia.

Ada banyak informasi latar belakang tentang tim sepak bola asal Amerika Selatan ini. Pada artikel ini, kita akan melihat detail tentang tim ini secara mendalam.

Ringkasan profil

  • Nama tim: Argentina
  • Julukan: La Albiceleste (Si Putih dan Biru Langit)
  • Asosiasi: Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA)
  • Pelatih kepala: Lionel Scaloni
  • Kapten: Lionel Messi
  • Penampilan terbanyak: Lionel Messi (160)
  • Pencetak gol terbanyak: Lionel Messi (81)
  • Stadion kandang: Monumental Antonio V. Liberti
  • Kode FIFA: ARG
  • Penampilan di Piala Dunia: 17 (pertama pada 1930)
  • Hasil Piala Dunia Terbaik: Juara (1978, 1986)
  • Konfederasi: CONMEBOL

Peringkat FIFA

Skuad Argentina saat ini berada di peringkat ke-4 FIFA per Maret 2022 dengan 1765,13 poin. Namun, mereka memiliki performa yang luar biasa dan baru-baru ini memenangkan Copa America serta Finalissima. Semua ini telah berkontribusi pada peringkat dunia mereka saat ini.

Trofi

Tim nasional Argentina telah memenangkan sejumlah trofi. Berikut ini adalah daftar penghargaan yang telah diraih negara ini:

  • Piala Dunia 2x
  • Piala Konfederasi 1x
  • Copa America 15x
  • Panamerican 7x

Kapten tim

Kapten tim nasional Argentina adalah penyerang Paris St. Germain saat ini, Lionel Messi. Penyerang bintang ini juga merupakan pemain dengan caps terbanyak di asosiasi nasional. Berikut rangkuman profil singkat sang kapten.

  • Nama pemain: Lionel Andres Messi
  • Julukan: La Pulga, Atomic Flea, La Pulga Atomica, Leo
  • Usia pemain: 34 (per Juni 2022)
  • Tanggal lahir: 24 Juni 1987
  • Tempat lahir: Rosario, Santa Fe, Argentina
  • Istri: Antonela Roccuzzo
  • Nomor jersey: 10
  • Klub saat ini: Paris Saint Germain
  • Mantan klub: FC Barcelona
  • Posisi: Penyerang sayap kanan
  • Kaki pilihan: Kiri
  • Tinggi pemain: 1,69 meter
  • Kekayaan bersih: 400 juta dolar AS
  • Gaji: 41 juta dolar AS

Pelatih

Pelatih kepala La Albiceleste saat ini adalah mantan pemain skuad, Lionel Sebastian Scaloni. Sebelumnya, dia berperan sebagai asisten manajer sebelum mengambil posisi pelatih kepala.

  • Nama: Lionel Sebastien Scaloni
  • Tanggal lahir: 16 Mei 1978
  • Tempat lahir: Pujato, Argentina
  • Tinggi: 1,82 meter

Pemain top

Diego Armando Maradona

Rakyat Argentina bersorak ketika Diego Armando Maradona mencetak gol ke gawang Inggris pada perempat final Piala Dunia 1986 di Meksiko. Salah satu golnya yang kontroversial - kondang dengan sebutan 'Tangan Tuhan' - menjadi pembalasan mutlak Argentina yang dikalahkan negara Ratu Elizabeth dalam Perang Malvinas empat tahun sebelumnya.

Di Stadion Azteca, Maradona melakukan dua hal yang kontradiksi. Pertama, ia mencetak gol dengan menggunakan tangannya. Kedua, sang megabintang melakukan solo run melewati enam pemain termasuk kiper Peter Shilton untuk mencetak gol kedua Tim Tango. Argentina melaju ke semifinal dengan skor 2-1 setelah Gary Lineker, pemain Everton, hanya mampu memperkecil kekalahan The Three Lions.

Maradona cukup membawa Albiceleste memenangi laga perempatfinal untuk membuat semua orang jatuh cinta kepadanya. Namun, ketika akhirnya ia sukses membawa Tim Tango meraih trofi Piala Dunia kedua mereka, cerita tentunya sudah lain lagi.

>

Bukan cuma di Argentina, Maradona juga begitu dihormati di klub Napoli. Wajahnya menghiasi tembok-tembok, papan iklan dan tempat-tempat suci di kota Naples meski kiprahnya sudah berlalu sekitar 30 tahun silam.

Di Italia, dia berbicara atas nama kaum miskin di selatan negeri itu yang melawan kaum kaya di utara. Bukan tanpa alasan, Maradona dibesarkan dalam kemiskinan akut dan akan selalu berpihak kepada mereka yang tertindas yang membuat Napoli dicemooh oleh klub-klub kaya raya di Italia utara yang bagi dia adalah tim yang sempurna.

Hanya sedikit pemain yang pengaruhnya begitu luar biasa terhadap sebuah klub seperti dilakukan Maradona selama tujuh tahun kepada Partenopei.

Klub ini meraih Scudetto A 1986-1987 dan 1989-1990, Coppa Italia 1986-1987, UEFA Cup (kini Europa League) 1988-1989 serta Supercoppa Italiana 1990 ketika Maradona berada di sana. Tetapi, ada lebih banyak lagi prestasi ketimbang statistik itu.

Maradona mencetak 115 gol untuk Napoli, termasuk banyak gol terbaik yang pernah terjadi di Serie A, dan mencetak rekor klub ini yang baru belakangan ini dipecahkan.

Maradona dan Napoli menaklukkan tim-tim utara seperti Juventus, AC Milan dan Inter Milan, yang dipandang sebagai kelompok kemapanan aristokrasi sepak bola Italia. Maradona seketika mengubah Serie A.

Ketika timnas Argentina yang diperkuat Maradona bertemu Italia di Napoli pada Piala Dunia 1990, beberapa pendukung tuan rumah melakukan hal yang tidak terpikirkan dengan bersorak mendukung negara Amerika Selatan itu. Ajaib!

Di Argentina, Maradona dianggap Tuhan. Namanya diabadikan dalam berbagai lagu dan sebuah "gereja" virtual dengan 10 perintahnya sendiri, yang berkisar dari memuja sang mantan playmaker yang nomor punggung 10-nya membuatnya dipanggil D10S yang merupakan plesetan kata bahasa Spanyol yang berarti "Tuhan".

Penyanyi Argentina Calamaro dalam lagunya Maradona mengungkap, Maradona bukan sembarang manusia, dia manusia yang melekat di bola kulit. Calamaro tidak peduli kekacauan hidup yang dialami Maradona. Baginya, Maradona tetaplah seorang sahabat dan orang hebat.

"Gereja Maradona" di mana Diego menjadi "Tuhan"-nya dan memiliki ribuan pengikut di seluruh dunia, termasuk perintah-perintah seperti "Ungkapkan cinta tanpa syarat Anda kepada Diego dan sepak bola yang baik" dan "Sebarkan keajaiban Diego ke seluruh alam semesta".

Si Tangan Tuhan mengembuskan napas terakhirnya dalam usia 60 tahun setelah terkena serangan jantung di Tigre, sebelah utara Buenos Aires, Argentina, pada Rabu, 25 November 2020.

Seperti ditulis seorang pengikut gereja di halaman Facebook kelompok itu, "Sepak bola sudah mati. Tak ada lagi yang bisa dikatakan. AD10".

Status kultus seorang Diego Maradona di seluruh dunia jauh melampaui kebesaran sejarah sepak bola itu sendiri. Menembus benua, ruang, waktu, dan usia. Kekurangan-kekurangan dia membuatnya menjadi manusia dan sifatnya yang petarung membuat dia disanjung.

Maradona adalah personifikasi Argentina dan bukan cuma karena kecemerlangannya yang tak tertanding. Kelicikannya, kesukaannya dalam mengakali lawan dan kecurigaan mendalamnya terhadap otoritas menandai caranya bermain sepak bola.

Dalam olahraga di mana kelembutan berlaku, Maradona bersedia mengutarakan isi hatinya dan rakyat Argentina menyukai dia karena mereka melihat bagian dari dirinya ada pada diri Maradona, mungkin lebih dari yang mereka akui.

Gairahnya yang berbahaya dan sering kali merusak adalah lambang dari apa artinya menjadi orang Argentina di mana curahan kegembiraan besar acap diikuti oleh renungan mendalam yang melankolis.

Di luar lapangan, Maradona penuh gairah dan kebablasan, pria mungil berselera besar. Dia tahu bagaimana membuat orang lain murka dan dia tak peduli apa yang dipikirkan orang. Perilaku itu membuat dia dicintai sekaligus dibenci.

Gabriel Batistuta

Peristiwa yang paling diingat para penggemar timnas Argentina adalah momen saat Gabriel Omar Batistuta mencetak hat-trick ke gawang Yunani dan Jamaika di Piala Dunia 1994 dan 1998.

Ya, penyerang berjuluk Batigol itu melakukannya pada tanggal yang sama, di ajang yang sama, semua gol diceploskan dengan menggunakan kaki kanan, dan uniknya gol ketiga sama-sama dicetak dari titik putih dengan kekuatan yang juga sama-sama luar biasa.

Tidak sampai di situ. Di Piala Dunia, Batigol juga jadi pemain keempat yang mencetak dua kali hat-trick setelah Sandor Kocsis (Hungaria, 1954), Just Fontaine (Prancis, 1958), dan Gerd Muller (Jerman Barat, 1970) tapi menjadi pemain pertama dan satu-satunya yang mencetak hat-trick dalam dua edisi Piala Dunia berbeda (1994 dan 1998).

Batistuta juga menjadi pemain ketiga yang mencetak gol penalti terbanyak di Piala Dunia (di luar adu penalti) dengan jumlah empat gol yang dicetaknya pada 1994 dan 1998, di bawah Eusébio (Portugal, 4 gol pada 1966), dan Rob Rensenbrink (Belanda, 4 gol pada 1978).

Selain mencetak gol penalti ke gawang Yunani dan Jamaika, Batistuta juga mencetak gol melalui titik putih ke gawang Rumania di Piala Dunia 1994 dan ke gawang Inggris di Piala Dunia 1998. Keduanya sama-sama di babak 16 besar.

>

Selain itu, mantan pemain Fiorentina dan AS Roma ini menempati peringkat ke-8 pencetak gol terbanyak Piala Dunia sepanjang masa (10 gol dalam tiga edisi Piala Dunia: 1994, 1998, 2002). Batigol berbagi tempat dengan Helmut Rahn (Jerman Barat), Gary Lineker (Inggris), Teofilo Cubillas (Peru), Thomas Muller (Jerman), Grzegorz Lato (Polandia).

Batistuta merupakan pemegang rekor gol internasional terbanyak untuk Argentina dengan 54 gol (dari 77 partai) sebelum dipecahkan Lionel Messi pada 2016. Uniknya, cara mereka mencatatkan diri sebagai top scorer sepanjang masa Argentina sama-sama melalui tendangan bebas.

Batistuta, melewati torehan gol Diego Maradona dan menjadi top scorer Argentina setelah mencetak gol tendangan bebas ke gawang Jose Luis Chilavert (Paraguay) pada 1996 di kualifikasi Piala Dunia 1998. Sedangkan Messi, melewati rekor gol Batistuta dan menjadi top scorer Argentina melalui tendangan bebas ke gawang Amerika Serikat di babak perempat final Copa America Centenario 2016.

Lionel Messi

Lionel Messi kerap menjadi kambing hitam kegagalan Argentina di turnamen besar seperti Piala Dunia dan Copa America. Permainan memikat yang dipraktikkan La Pulga bersama Barcelona nyaris tak berbekas begitu ia berkostum La Albiceleste.

Sebelum Piala Dunia 2018 di Rusia bergulir, Messi diharapkan menjadi salah satu superstar yang menonjol di ajang sepak bola akbar empat tahunan ini. Tapi apa yang terjadi? Dua pertandingan dilalui, penampilan Messi sangat mengecewakan.

Tapi, permainan buruk Argentina yang ditahan imbang Islandia 1-1 dan dibantai Kroasia 3-0 tidak sepenuhnya salah Messi. Pelatih Jorge Sampaoli yang tidak memiliki formasi baku untuk Tim Tango jelas sekali menjadi salah satu penyebabnya. Pasalnya, Messi selalu kesulitan beradaptasi dengan 'rekan-rekan barunya'.

Di lini belakang, saat melawan Islandia, Sampaoli memasang empat pemain; Nicolas Tagliafico, Marcos Rojo, Nicolas Otamendi, dan Eduardo Salvio. Sementara di laga kontra Kroasia, mantan pelatih Chile itu memasang tiga pemain: Tagliafico, Otamendi, dan Gabriel Mercado. Formasi berbeda, pemain pun berbeda.

Di lini tengah, Enzo Perez memang sering bermain selama babak kualifikasi Piala Dunia termasuk di laga penentuan kontra Ekuador pada Oktober tahun lalu. Tapi kemudian Sampaoli mencoret namanya dan lebih memilih Manuel Lanzini untuk dibawa ke Rusia.

Belum juga Piala Dunia dimulai, Lanzini cedera dan Perez kembali dipanggil. Bagaimana bisa pemain yang sudah tidak menjadi pilihan utama dan bahkan tidak dimainkan sedetik pun di laga pembuka melawan Islandia diturunkan sejak menit awal dalam laga penting kontra Kroasia? Ini benar-benar konyol!

Di lini depan, Sampaoli sudah memutuskan enggan menggunakan jasa penyerang Inter Milan, Mauro Icardi karena alasan yang tidak jelas. Tapi, para penyerang pilihannya pun tidak dioptimalkan dengan baik. Angel Di Maria (juara Ligue 1 bersama Paris Saint-Germain) yang bermain lawan Islandia, tidak dimainkan di laga kontra Kroasia.

Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala (juara Serie A bersama Juventus) hanya menjadi pemain pengganti. Anehnya, di laga kontra Kroasia, Higuain malah menggantikan Sergio Aguero (juara Liga Premier bersama Manchester City). Mengapa tidak dimainkan bersama-sama?

Messi seakan tidak mengenal rekan-rekannya dengan baik. Seperti kata kapten Kroasia, Luka Modric setelah Kroasia mengalahkan Argentina, Messi adalah pemain hebat tapi dia tidak bisa bekerja sendiri. Argentina harus membantunya. Artinya, para pemain Argentina selain Messi tidak memiliki kualitas yang baik sehingga tak mampu bermain sebagai sebuah tim.

Coba lihat di Barcelona. Messi kerap dikelilingi pemain yang sama selama bertahun-tahun. Poros Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan Sergio Busquets di era Pep Guardiola atau Andres Iniesta, Ivan Rakitic dan Sergio Busquets di masa kepemimpinan Luis Enrique plus beberapa pergantian seperti Cesc Fabregas dan Seydou Keita membuat Messi begitu nyaman. Hasilnya, puluhan gelar hadir di lemari trofi La Blaugrana.

Selain kualitas para pemain Argentina--khususnya di lini tengah--tidak setara dengan kualitas para gelandang Barcelona. Masalah lainnya adalah beban Messi terlalu berat mengingat seluruh rakyat Argentina berharap dia mampu membawa kembali trofil Piala Dunia ke negaranya setelah kali terakhir dilakukan Diego Armando Maradona pada 1986.

Satu lagi, Messi terus dibanding-bandingkan dengan bintang Portugal Cristiano Ronaldo sehingga membuat pikirannya buyar. Badannya berada di atas lapangan tapi pikirannya di tempat lain. Messi tidak pernah bermain lepas.

Julukan

La Albiceleste (Si Putih dan Biru Langit) adalah julukan timnas Argentina.

Skuad sementara Piala Dunia 2022

Berikut ini adalah daftar pemain timnas sepak bola Argentina:

Kiper

  • Emiliano Martinez
  • Juan Musso
  • Geronimo Rulli
  • Franco Armani

Bek

  • Lisandro Martinez
  • Lucas Martinez Quarta
  • German Pezzella
  • Nicolas Otamendi
  • Nicolas Tagliafico
  • Juan Foyth
  • Gonzalo Montiel
  • Nahuel Molina

Gelandang

  • Guido Rodriquez
  • Leandro Paredes
  • Rodrigo de Paul
  • Exequiel Palacios
  • Cristian Medina
  • Alexis Mac Allister
  • Manuel Lanzini

Striker

  • Lucas Ocampos
  • Nicolas Gonzalez
  • Exequiel Zeballos
  • Lionel Messi
  • Angel Di Maria
  • Angel Correa
  • Joaquin Correa
  • Lautaro Martinez
  • Julian Alvarez
  • Lucas Boye

Argentina di Piala Dunia

Sepanjang perjalanan karier tim nasional Argentina di Piala Dunia, tim ini tercatat keluar menjadi juara pada tahun 1978 dan 1986. Mari kita simak perjalanan Argentina dari Piala Dunia 1978 di negara mereka hingga 2018 di Rusia.

  • 1978

Pada Piala Dunia 1978. Mario Kempes, Ubaldo Fillol, Alberto Tarantini, Leopoldo Luque dan Daniel Valencia dengan rambut gondrong dan celana ketatnya, tampil menggairahkan sepanjang tunrnamen hingga akhirnya menjadi juara di rumah sendiri.

  • 1982

Empat tahun kemudian di Spanyol, Argentina masih dihuni sejumlah pemain andalan edisi 1978, antara lain Mario Kempes dan Alberto Tarantini. Meski hanya sanggup hingga babak kedua, ajang ini jadi panggung mayor debut superstar Diego Maradona.

  • 1986

Memasuki edisi 1986 di Meksiko, tarian tango yang dilengkapi kibasan rambut kembali menghasilkan gelar. Meski tidak terurai hingga ke bawah bahu, model rambut yang dimiliki Ricardo Giusti, Sergio Batista dan Jorge Valdano sama menariknya dengan aksi individu Maradona yang membawa negaranya meraih gelar kedua.

  • 1990

Pada 1990 di Italia, Claudio Caniggia yang menjadi pembunuh Brasil dan Italia benar-benar menjadi role model. Sayang, di turnamen akbar empat tahunan kali ini Argentina kalah dari Jerman di partai final.

  • 1994

Di Amerika Serikat, 1994, Gabriel Batistuta, Claudio Caniggia dan Fernando Redondo membentuk trio gondrong paling enak dipandang mata. Ditambah aksi gelandang Leonardo Rodriguez, Tim Tango sukses menggulung Yunani 4-1 melalui hat-trick Batistuta dan menekuk Nigeria 2-1 lewat lesakkan dua gol Caniggia di fase grup. Sayangnya, akibat sang kapten Diego Maradona terbukti menggunakan doping, langkah La Albiceleste terhenti di babak 16 besar.

  • 1998

Empat tahun berselang, pelatih Daniel Passarella membuat ulah dengan menerapkan larangan berambut gondrong kepada para pemainnya. Alhasil, Fernando Redondo yang menolak memotong rambutnya dicoret dari skuat Tim Tango. Namun, khusus untuk Batistuta, karena desakan para pendukung La Albiceleste, Passarella tetap memanggilnya. Pada edisi ini, Argentina disingkirkan Belanda melalui gol cantik Dennis Bergkamp di babak perempat final.

  • 2002

Tahun 2002 menjadi Piala Dunia paling enak dipandang meski hasilnya sangat menyesakan dada. Argentina gagal lolos dari fase grup! Pada edisi ini, Tim Tango antara lain dihuni German Burgos, Mouricio Pochettino, Diego Placente, Juan Pablo Sorin, Claudio Husain, Matias Almeyda, Ariel Ortega, Gabriel Batistuta, Hernan Crespo dan Claudio Caniggia.

  • 2006

Lewat perpaduan senior-junior seperti Hernan Crespo, Juan Pablo Sorin, Leandro Cufre, Fabricio Coloccini dan Leo Franco, pasukan Jose Pekerman tidak kekurangan bumbu penyedap meski akhirnya kandas dari Jerman melalui adu penalti di babak perempat final. Aksi sang kapten, Sorin, di turnamen ini juga sangat memikat. Akselerasinya di sisi kiri La Albiceleste kerap merepotkan bek-bek lawan. Edisi ini sekaligus jadi debut Lionel Messi muda.

  • 2010

Di Afrika Selatan, Lionel Messi menjabat sebagai kapten tim untuk pertama kalinya, dalam laga terakhir fase grup melawan Yunani. Sebuah sinyal dimulainya pergeseran budaya, perubahan tren sekaligus cara bermain. Di bawah asuhan kegenda Diego Maradona, Argentina dibantai Jerman 4-0 di perempat final.

  • 2014

Di Brasil, Argentina tampil memukau sepanjang turnamen hingga menembus partai puncak. Namun, dalam laga penentu melawan Jerman, Lionel Messi dan kawan-kawan kebobolan oleh gol tungal Mario Gotze pada babak perpanjangan waktu.

  • 2018

Rusia 2018 jadi penampilan paling buruk Argentina sepanjang berkarier di Piala Dunia. Permainan La Albiceleste tidak bisa dinikmati. Pada dua laga pertama fase grup, mereka hanya bermain imbang 1-1 dengan Islandia dan keok 0-3 dari Kroasia. Namun, kemenangan 2-0 Nigeria atas Islandia memberikan sebuah garis hidup dan jalan takdir bagi Argentina untuk melaju ke babak 16 besar.

Ya, mereka kemudian berhasil menang 2-1 melawan Nigeria di laga akhir fase grup lewat gol Lionel Messi dan Marcos Rojo. Tapi, di babak 16 besar, mereka tidak bisa berbuat banyak saat disikat Prancis dengan skor 4-3 yang kemudian jadi juara.

Piala Dunia 2022

Timnas Argentina dipastikan lolos ke Piala Dunia Qatar usai menjadi runner up dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 zona CONMEBOL. Lionel Messi dkk siap beraksi untuk memperebutkan trofi Piala Dunia ketiga mereka.

Piala Dunia 2022 akan menjadi yang terakhir untuk Messi. Saat ini, bintang PSG itu telah menginjak usia 34 tahun. Kemungkinan Argentina menjadi juara Piala Dunia 2022 cukup terbuka. Hal ini melihat dari perjalanan Tim Tango di babak kualifikasi. Mereka tidak terkalahkan dan hanya finis di belakang Brasil.

Pada Piala Dunia di Qatar, Argentina menempati Grup C bersama Arab Saudi, Meksiko dan Polandia. Berikut ini jadwal pertandingan penyisihan grup mereka:

  • Selasa, 22 November 2022

    Argentina vs Arab Saudi: 17:00 WIB

    Meksiko vs Polandia: 23:00 WIB

  • Sabtu, 26 November 2022

    Argentina vs Meksiko: 23:00 WIB

  • Minggu, 27 November 2022

    Polandia vs Arab Saudi: 02:00 WIB

  • Kamis, 1 Desember 2022

    Polandia vs Argentina: 02:00 WIB

    Arab Saudi vs Meksiko: 02:00 WIB