Medco Energi Milik Mendiang Konglomerat Arifin Panigoro Anggarkan Belanja Modal 270 Juta Dolar AS untuk Tingkatkan Lifting Migas Jadi 160 Ribu Barel per Hari

JAKARTA - Perusahaan migas milik mendiang konglomerat Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai 270 juta dolar AS di tahun ini. Perseroan menggunakan capex ini untuk meningkatkan torehan produksi terangkut atau lifting minyak dan gas (migas).

Medco Energi sendiri menargetkan realisasi lifting migas dapat menembus 160.000 barel minyak per hari (MBOPD) atau naik 6,6 persen dari torehan tahun lalu di posisi 150.000 MBOPD. Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan alokasi belanja modal itu disiapkan untuk meningkatkan produksi dan cadangan migas milik perseroan di tengah disrupsi pasokan energi global.

"Kami masih akan tetap berfokus untuk mengembangkan produksi dan cadangan migas sebagai inti bisnis perseroan. Sementara, MEDC hanya mengalokasikan anggaran sebesar 30 juta dolar AS untuk pengembangan pembangkit listrik tahun ini," ujar dalam acara Talk To Titans CNBC Indonesia, dikutip Rabu 8 Juni.

Sebagai perusahaan yang berbasis pada sumber daya alam non-renewable energy, kata Hilmi, meningkatkan produksi dan cadangan itu adalah basis.

"Karena selama orang masih konsumsi minyak, gas, batu bara, kita tidak ada pilihan," ungkapnya.

Lebih lanjut Hilmi mengatakan, alokasi anggaran yang berfokus pada peningkatan produksi dan cadangan migas itu bakal digunakan untuk optimalisasi kegiatan eksploitasi sumur tersedia, eksplorasi blok baru serta akuisisi sejumlah sumur potensial. Namun demikian, MEDC masih relatif kesulitan untuk melakukan eksplorasi blok migas baru ke arah laut lepas.

Menurut Hilmi, investasi yang mesti dikeluarkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terlalu mahal untuk dikerjakan.

"Indonesia memerlukan perusahaan yang mampu eksplorasi di laut dalam, Pertamina dan Medco tidak memungkinkan untuk eksplorasi dengan nilai kegiatan mencapai 100 juta dolar AS," tuturnya.