Kondisi Candi Borobudur Makin Lapuk, Wisnus Naik ke Arupadatu Diusulkan Bayar Rp750 Ribu

JAKARTA – Di tengah upaya pemerintah melalui Kemenparekraf meningkatkan industri pariwisata di Tanah Air, pasca Pandemi COVID-19, kabar mengejutkan datang dari Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, yang berencana menaikkan harga tiket berbeda bagi wisatawan Nusantara (wisnus) dan wisatwwan manca negara.

Hal ini dibenarkan oleh Jubir Kemenko Marves Jodi Mahardi. Ia juga memaparkan beberapa utama mengapa tiket masuk ke zona Kamadathu, Rupadhatu dan Arupadhatu di candi itu “pindah harga”.

“Tarif yang direncanakan seperti yang digambarkan itu dilakukan dengan dasar karena kondisi candi yang sudah mengalami pelapukan,” kata Joni Marhadi. “Hal ini masih akan dibahas dan diputuskan oleh Presiden terkait 5 DPSP. Tarif dan pembatasan ini nantinya berlaku untuk wisatawan yang akan menikmati naik ke atas Candi Borobudur.”

Selama ini candi yang dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Shailendra itu memang sudah mengalami beberapa renovasi akibat sejumlah kerusakan. Bahkan candi ini yang menjadi salah satu warisan budaya dunia menurut UNESCO ini pernah jadi sasaran bom pada 21 Januari 1985

“Pemerintah membuat (rencana) ini semata-mata agar menjaga statusnya sebagai cagar budaya maka pemerintah kemudian melakukan hal tersebut,” kata Jodi dalam pesan singkatnya kepada VOI.ID, Minggu, 5 Juni pagi.

Sebelumnya, dalam posting di instagramnya, Luhut, menyatakan rencana pemerintah untuk menaikkan harga tiket masuk Candi Borobudur. Tak hanya itu, kuota masuk turis yang mengunjungi candi terbesar itu juga dibatasi.

"Kami juga sepakat untuk membatasi kuota turis sebanyak 1.200 orang per hari, dengan biaya 100 dollar untuk wisman dan turis domestik sebesar 750 ribu rupiah. Khusus untuk pelajar, kami berikan biaya 5.000 rupiah saja," katanya sebagaimana dikutip dari akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu, 4 Juni.

Awalnya, harga tiket pengunjung lokal Rp 50.000 untuk usia di atas 10 tahun dan Rp 25.000 untuk usia 3-10 tahun.

Luhut menuturkan langkah tersebut dilakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara. Semua turis, nantinya harus menggunakan pemandu wisata (tour guide) dari warga lokal sekitar kawasan Borobudur.

"Ini kami lakukan demi menyerap lapangan kerja baru sekaligus menumbuhkan sense of belonging terhadap kawasan ini sehingga rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah nusantara ini bisa terus tumbuh dalam sanubari generasi muda di masa mendatang," ujar Luhut.

Dilaporkan oleh Antara, sebelum pandemi Covid-19 pada 2019 silam pengelola Candi Borobudur mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke sana mencapai 3,8 juta pengunjung. Angka itu turun drastis setelah pandemi Covid-19, di mana pada 2020 sebanyak 990 ribu orang, dan 2021 sebanyak 420.000 orang.