KADIN Ajak Pebisnis Jerman Intensifkan Kerja Sama Transisi Energi
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengajak sejumlah pebisnis di Jerman untuk mengintensifkan kerja sama di bidang transisi energi.
Upaya tersebut dimulai dari B20 Business and Investment Forum yang digelar di Gedung KFW di Frankfurt, Jerman, Kamis 2 Juni.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid dalam sambutannya mengajak para pebisnis untuk tetap optimistis di tengah tantangan global seperti konflik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan inflasi hingga kenaikan harga pangan dan energi.
Arsjad menuturkan, kerja sama pemerintah dan sektor swasta bisa menjadi salah satu solusi untuk mendukung pemulihan ekonomi termasuk mencapai net zero emission dan peningkatan perdagangan dan investasi.
Sesuai dengan tiga prioritas Business 20 (B20) yakni kesehatan global, transformasi digital dan transisi energi, Arsjad mengajak pebisnis Jerman khususnya anggota Chamber of Commerce (IHK) Trier untuk terlibat langsung dalam transisi energi yang turut menjadi prioritas pemerintah Jerman.
Ia juga menekankan bahwa Indonesia yang dahulu terkenal dengan kerumitannya dalam berinvestasi, kini telah berubah.
Indonesia memiliki Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law yang mempermudah bisnis dan bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan guna mengatasi kemiskinan di Indonesia.
"Kami memiliki Omnibus Law yang mengatasi banyak hal-hal tak terduga khususnya mengenai perdagangan dan investasi. Kami ingin para investor datang ke Indonesia dan kami memastikan bahwa ada kemudahan akses bagi investor,” kata Arsjad dikutip dari Antara, Sabtu 4 Juni.
Indonesia, lanjutnya, mempunyai misi untuk menjadi negara dengan ekonomi ke lima terbesar di dunia pada tahun 2045 dan menjadi nomor tujuh terbesar pada 2030.
Kinerja perekonomian Indonesia juga cukup baik meskipun di tengah terpaan pandemi COVID-19, bahkan mampu tumbuh 5 persen pada kuartal 1 2022.
"Kita harus memperkuat hubungan Indonesia dan Jerman yang telah berlangsung selama 70 tahun. Kami punya sumber daya manusia, kami punya sumber daya alam dan saya yakin Indonesia akan jadi mitra yang tepat bagi Jerman," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua B20 Indonesia Shinta Kamdani yang mengatakan sangat mengetahui bahwa Jerman tengah berupaya mempercepat laju transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi baru dan terbarukan yang mana juga menjadi prioritas B20 yang merupakan engagement group resmi yang merepresentasikan komunitas bisnis.
“Saya tahu Jerman sangat tertarik pada green investment dan untuk itu kami datang. Saya tahu jika banyak tantangan seperti perizinan, legalitas dan sejenisnya tapi B20 ini menjadi momentum yang tepat untuk Anda, kami akan memfasilitasi semua itu untuk Anda,” tutur Shinta.
Forum B20, kata Shinta, akan menjadi platform untuk memberikan rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah G20 terkait pemulihan ekonomi pascapandemi dan pengembangan kerja sama ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, Indonesia telah menyiapkan sejumlah project di bidang energi baru terbarukan, blue economy, hingga eco-tourism yang menjadi pilihan sarana investasi tepat untuk Jerman.
"Kami di sini untuk membawa B20 tapi lebih dari itu untuk memberi tahu mengenai kolaborasi yang bisa dijalin dengan Jerman. Ini periode emas untuk mengambil bagian dari pertumbuhan dan transformasi sustainability di Indonesia," ucapnya.
Baca juga:
Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno menyampaikan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Jerman dimulai sejak 500 tahun lalu ketika doktor Jerman datang ke Indonesia dan perdagangan tembakau dengan Jerman.
Forum B20 Business and Investment Forum di Frankfurt menjadi wadah yang penting untuk mengeratkan kerja sama kedua negara.
Begitu juga dengan CEO/Chamber of Commerce (IHK) Trier/German Chamber Network Jan Glockaeur yang menyampaikan bahwa Kadin Indonesia telah menjadi salah satu mitra terbesar IHK dalam memfasilitasi kerja sama bisnis Indonesia-Jerman di berbagai sektor seperti otomotif, energi dan kimia, termasuk termasuk mendorong FTA UE-Indonesia.
Ia berharap agar kerja sama IHK dengan Kadin Indonesia tetap berlangsung dan ditingkatkan.
Pada forum tersebut, sejumlah delegasi KADIN turut menyampaikan sejumlah pandangan dalam rangka mencapai pertumbuhan yang inovatif, inklusif dan kolaboratif antara Indonesia dan Jerman.
Wakil Ketua Komite Tetap Europe Kadin Indonesia Didit Ratam membahas gambaran peluang perdagangan dan investasi di Indonesia, termasuk saran teknis untuk memasuki pasar Indonesia serta perkembangan pangan dan energi saat ini.
Kemudian, Ketua Net Zero Hub Kadin Muhammad Yusrizki memaparkan komitmen net zero emission Indonesia, komitmen carbon net zero hingga komitmen Kadin melalui Net Zero Hub Kadin mendorong sektor swasta untuk menggunakan pendekatan ESG dalam berbisnis serta membangun ekosistem yang mendukung dan inklusif bagi pelaku UMKM.
Ia juga mengundang Jerman untuk mendukung Kadin Indonesia dalam pencapaian net zero melalui pendanaan dan investasi di bidang transformasi energi.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Negosiasi Internasional Kadin Anne Sutanto yang memaparkan bahwa Indonesia telah meluncurkan “Making Indonesia 4.0” pada 2018 dengan sektor prioritas food and beverage,tekstil dan apparel, otomotif, kimia, elektronik, farmasi, dan alat kesehatan. Indonesia juga menjadi pemain ekonomi digital dan industri 4.0 terbesar di Asia Tenggara. Selain itu Anne juga meminta dukungan Jerman untuk berkolaborasi dalam ekonomi sirkular dan energi hijau, seperti di bidang tekstil.
Buka pintu investasi
Lawatan Delegasi Kadin Indonesia yang dipimpin Ketua Umum Arsjad tidak hanya untuk mengundang pebisnis di Jerman untuk mengikuti B20 Summit di Bali pada November mendatang, namun juga menjajaki peluang investasi.
Salah satunya adalah pertemuan dengan Deutsche Bank yang telah beroperasi lebih dari 50 tahun di Indonesia. Ketum Arsjad menyampaikan bahwa Indonesia kini memiliki wajah baru yang ramah untuk investasi dan perdagangan yang didukung oleh kehadiran Undang-Undang Cipta Kerja yang memberikan banyak kemudahan dalam berbisnis dan berinvestasi di Indonesia.
Indonesia memiliki proyek-proyek prioritas yang membutuhkan investasi lebih lanjut, seperti di bidang EBT/energi hijau, ecotourism, IKN, pertambangan, termasuk nikel dan pengembangan baterai EV. Kadin siap memfasilitasi investasi dan perdagangan yang akan masuk ke Indonesia, termasuk untuk link and match antara pebisnis Indonesia-Jerman melalui platform KADIN Business Service Desk.
Kadin berharap dapat bekerja sama dengan Deutsche Bank dalam mendukung hilirisasi agar Indonesia tidak lagi mengekspor bahan baku saja, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah dalam rantai pasok yang berkelanjutan.
Menyambut baik kunjungan delegasi Kadin tersebut, Deutsche Bank menyampaikan ketertarikan pada proyek-proyek yang berfokus di isu gender diversity untuk kesetaraan gender dan energi transisi untuk pencapaian net zero emission. Deutsche Bank juga menerima undangan B20 Summit untuk kemudian ditindak lanjuti.
Selanjutnya, pimpinan Kadin bertemu dengan Siemens Energy untuk mengeksplorasi potensi energi terbarukan di Indonesia, seperti energi hidrogen, surya, angin dan gas. Tren positif transisi energi di Asia Pasifik khususnya Indonesia, mampu menarik minat perusahaan Jerman untuk menginvestasikan modal ke dalam proyek-proyek berbasis hijau.
Pertemuan dilanjutkan dengan 4Initia guna menyampaikan rencana untuk mengembangkan ekonomi net-zero berbasis energi baru terbarukan (EBT). Sebagai perusahaan EBT terkemuka, 4Initia terus mencari lebih banyak peluang di Tanah Air termasuk mempertimbangkan transisi energi sebagai salah satu prioritas dari Presidensi G20 Indonesia.
Pimpinan Kadin juga turut menemui dewan KfW, bank pembangunan terkemuka di Jerman. Shinta Kamdani menyampaikan rencana B20 yakni Global Blended Finance Alliance yang dinilai sesuai dengan model pengembangan KfW. Selain juga mengajak KfW untuk memberikan dukungan keuangan dan dukungan teknis sesuai kebutuhan.
Kunjungan bisnis delegasi Kadin tidak hanya ke perusahaan yang memprioritaskan sektor transisi energi, namun juga ke Merck Group, perusahaan sains dan teknologi multinasional Jerman. Kadin memilih berkunjung ke markas Merck di Darmstadt, Jerman karena perusahaan yang berdiri sejak 350 tahun tersebut telah berkiprah sejak 1974 di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai basis untuk penjualan ke negara-negara di ASEAN bahkan hingga Afrika.
Ketua Komite Tetap Perencanaan Investasi Kadin Indonesia Reza Maspaitella menuturkan Kadin ingin mengajak Merck mengakselerasi hubungan kedua belah pihak ke sektor-sektor strategis yang menjadi prioritas pembangunan Indonesia, salah satunya adalah health care industry.
Reza menilai Merck sebagai perusahaan yang selalu mau berinovasi, baik dari aspek life science maupun pengembangan nano teknologi hingga micro chips untuk industri elektronik. Kadin berharap Merck tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai production base tetapi juga sebagai R&D Center wilayah ASEAN atau Asia. Selain itu inovasi teknologi Merckseperti lampu dan jendela juga dinilainya cocok diterapkan di Ibu Kota Nusantara.
“Dengan begitu bisa menunjukkan ke perusahaan lain bahwa ketika sudah menjadi partner Indonesia, kita partner for life, kami mengapresiasi dan mau berkembang bersama-bersama untuk global market,” kata Reza.
Perjalan bisnis Kadin di Jerman ditutup dengan kunjungan ke Kementerian Ekonomi, Energi, Transportasi dan Perumahan, Negara Bagian Jerman, Hessen serta Hessen Trade and Invest.
Wakil Komite Tetap Eropa Kadin Didit Ratam menyampaikan bahwa tujuan dari pertemuan tersebut untuk memperkenalkan B20 kepada pemerintah dan pengusaha Hessen dan mendiskusikan beberapa topik prioritas energi seperti transisi energi, digitalisasi dan arsitektur kesehatan global. Selain juga membahas topik net zero dan circulareconomy dimana negara bagian Hessen mempunyai keunggulan di Jerman.
“Negara bagian Hessen yang diantaranya menaungi kota Frankfurt sebagai salah satu kota perdagangan utama di Jerman telah mempunyai rekam jejak perdagangan yang cukup erat dengan Indonesia,” ucap Didit.
Selain sepakat untuk meningkatkan perdagangan antar kedua negara serta investasi, Kadin dan Hessen merencanakan roadmap tindak lanjut menuju kerjasama antara pusat-pusat keunggulan dan perusahaan unggul di negara bagian Hessen dengan perusahaan-perusahaan Indonesia yang dinaungi oleh Kadin.