Ridwan Kamil Jadi Pembicara "Roma Roundtable 2022" di Italia

JAKARTA - Gubernur Jawa Barat  (Jabar) Ridwan Kamil menjadi pembicara pada acara “The Assisi and Roma Roundtable 2022” di Assisi, Italia.

Ridwan Kamil hadir dalam acara yang digelar Global Foundation, organisasi nirlaba yang fokus pada beragam masalah global.

 "Saya menempuh perjalanan jauh sampai ke Assisi untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang apa yang menjadi perhatian global. Tujuannya, saat saya kembali ke Indonesia, saya mempunyai perspektif lebih baik mengatasi banyak distraksi," kata Ridwan Kamil dalam keterangan persnya dikutip Antara, Senin, 23 Mei.

Pemahaman bersama, ujar Ridwan Kamil, sangat penting bagi pemimpin yang harus membuat keputusan setiap hari. Pemahaman data yang baik akan menghasilkan keputusan baik. Sedangkan data yang buruk bakal menghasilkan keputusan yang buruk.

"Saat ini setidaknya ada tiga distraksi yang sedang terjadi, pemanasan global, disrupsi digital, dan kondisi pascapandemi. Untuk menghadapinya, dibutuhkan pemahaman global hingga akar rumput," katanya.

Salah satu distraksi itu adalah pemanasan global. Dalam berbagai aktivitas, warga dunia menghasilkan terlalu banyak karbon. Langkah tepat harus dilakukan, dimulai dari diri sendiri. 

“Saat ini saya mempromosikan untuk mengurangi karbon. Saya satu-satunya gubernur yang menggunakan mobil listrik karena saya harus kampanye, saya harus berbuat sesuai perkataan,” katanya.

Aksi lainnya adalah dukungan Jabar untuk menginisiasi pembangunan beragam infrastruktur ramah energi. Dalam waktu dekat, Jabar bakal menjadi rumah bagi pembangkit listrik tenaga matahari, bayu, hingga panas bumi, terbesar di Asia Tenggara.

"Kami memproduksi solar panel terbesar mengapung di atas air di Asia Tenggara. Kami membangun geotermal terbesar untuk mengganti bahan bakar fosil. Bersama sedikitnya 100 kepala daerah di Indonesia, kami juga berkomitmen mewujudkan langkah transformasi ke energi terbarukan,” ujar Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan itu.

Distraksi kedua adalah disrupsi digital. Digitalisasi membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan, tetapi dengan digitalisasi juga menciptakan 120 juta pekerjaan baru.

"Dgitalisasi juga efektif untuk mendukung pemimpin mengambil keputusan untuk warga. Lewat digitalisasi, kami membuat konsep rural digital untuk membuat digital ekonomi inklusif. Di Jawa Barat, kami sudah memberi makan ikan dan ternak menggunakan telepon genggam. Kami telah ada di titik itu dalam transformasi digital,” katanya.

Distraksi berat lainnya adalah pascapandemi. Di Jabar, Ridwan Kamil menyebut kehilangan sedikitnya 14.000 orang akibat COVID-19.

Namun, dengan upaya pengendalian tercatat kurang lebih 200 ribu orang terpapar COVID-19 dari 50 juta warga Jabar.

“Bisa Anda bayangkan saya harus mengelola 50 juta orang. Saya harus meyakinkan jutaan orang untuk vaksinasi, tetapi ini juga berkah karena Tuhan memberi kesempatan saya menjadi pemimpin saat menghadapi krisis pandemi," katanya.

Tahun ini, ia menuturkan, Indonesia yang memiliki hampir 300 juta penduduk menjadi tuan rumah pertemuan G-20. Forum 20 negara yang menguasai separuh ekonomi dunia ini sangat penting, agar semua pihak memiliki pemahaman bersama yang lebih baik.

“Kami mengundang semua yang ada di sini untuk menjadi bagian dari dialog, khususnya di tengah perang antara Ukraina dan Rusia. Semoga perdamaian bisa mengakhiri perang ini,” katanya. 

Sedikitnya 50 perwakilan negara, swasta, hingga seniman hadir dalam acara yang berlangsung pada Sabtu (21/5) waktu setempat untuk mencapai pemahaman bersama.

Tahun ini, tema besar yang diambil adalah Cooperative Globalisation-Navigating the Unknown Together, Toward Peaceful, Global Existance.

Pembicara lainnya, Menteri Infrastruktur Berkelanjutan dan Mobilitas Italia Enrico Giovannini mengatakan bahwa bukan perkara mudah mengubah dunia. Apalagi, kini terjadi dengan situasi dramatis di Ukraina, seiring meningkatnya ketegangan di seluruh dunia.

Meski sulit, kata dia, bukan berarti tidak ada jalan. Kondisi ini menjadi kesempatan menunjukkan cara pikir baru untuk bisa membuat perubahan. 

"Kepemimpinan nyata, seperti Gubernur Jawa Barat di Indonesia yang menjadi tuan rumah G-20 juga menerapkan prinsip berkelanjutan. Ini menjadi modal baik untuk menjalin banyak langkah nyata dengan berbagai negara untuk dunia lebih baik," kata Enrico Giovannini.