Ramadan Juga Jadi Peluang Cari Uang Tambahan, Ayo Lakukan
JAKARTA - Ramadan tinggal hitungan hari, banyak bisnis dadakan yang tercipta selama bulan puasa yang dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat yang ingin mencoba peruntungan dengan memanfaatkan momentum yang akan menguntungkan jika dijual selama bulan puasa.
Pada bulan Ramadan terjadi pertumbuhan ekonomi, tak hanya untuk perorangan namun negara juga “kecipratan” rezeki karena terdorong pertumbuhan ekonomi akibat tingginya konsumsi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tahun 2020, sekitar 55,74 persen atau lebih dari separuh dari pertumbuhan ekonomi ditopang oleh oleh konsumsi rumah tangga. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, momen Ramadan mendorong konsumsi. Membuat pertumbuhan ekonomi kuartal ll terangkat sedikit.
Bagaimana uang berputar? Contoh sederhana adalah munculnya para pedagang takjil yang tiba-tiba ada di depan rumah kita. Para pedagang takjil dadakan adalah salah satu pendongkrak ekonomi, termasuk kita para penikmat takjil itu.
Para penjual takjil dadakan ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Perputaran uang yang terjadi cukup besar. Misal pedagang menyiapkan menu takjil berupa bubur sumsum. Per bungkus dijual Rp10 ribu. Jika penjual menyiapkan 50 bungkus bubur sumsum, hasil penjualan dapat mencapai Rp500 ribu, jika semua terjual.
Kalau dalam satu area ada lima pedagang bubur sumsum, peredaran uang di area dapat mencapai Rp2,5 juta. Kita hanya menghitung satu penjual bubur sumsum, masih ada kolak, kue basah, es kelapa muda dan lain-lain. Perputaran akan semakin besar jika transaksi terjadi di pasar.
Ada beragam macam usaha yang paling laris dibulan Ramadan. Peluang ini memberi kesempatan untuk memperoleh keuntungan lebih besar. Bisnis yang paling menguntungkan selama Ramadan adalah bisnis takjil dan minuman serta makanan, karena umumnya masyarakat lebih suka membeli daripada membuat sendiri.
Dan jika menjelang lebaran biasanya permintaan akan kue kering akan meningkat, selain untuk di nikmati sendiri biasanya untuk diberikan kepada orang lain, bisnis perlengkapan ibadah, baju muslim hingga baju kasual lainnya juga akan menghasilkan cuan. Ramadan dan Lebaran selalu diindentikkan dengan baju baru.
Tanpa Modal Juga Bisa
Dalam artikel Business Insight perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menyebutkan, saat ini keterbatasan uang bukanlah alasan untuk tidak bisa berbisnis karena bisa dilakukan tanpa modal. Menjadi reseller atau dropshipper dapat dilakukan untuk produk-produk yang tidak butuh produksi, untuk mereka yang tidak punya modal bisnis.
Modal bisnis yang paling ideal adalah bersumber dari tabungan sendiri, namun batas penggunaanya adalah maksimal 30 persen dari total tabungan. Kenapa? Jika ada keperluan penting yang tidak cukup ditutup dengan dana darurat, masih bisa ditutup dengan tabungan.
Baca juga:
- Ramadan New Habits: Menurut Warga Twitter Indonesia, Itu Seperti Apa?
- Tanpa Julukan Crazy Rich, Hartono Bersaudara Langganan Orang Terkaya di Indonesia Versi Forbes dengan Harta Rp608 Triliun
- Daftar Orang Terkaya di Dunia versi Forbes Terbaru: Sam Bankman-Fried, Miliarder Kripto Paling Tajir, Usia 29 Tahun Harta Rp381 Triliun
- Kemiskinan di Ukraina Membuat Bisnis Sewa Rahim Dilegalkan, Isu Eksplotasi Perempuan Dikesampingkan
Sumber modal dapat digunakan bila menggunakan sistem pembeli memesan dulu (Pre Order/ PO) dan membayar, setelah itu barang dikirim. Jika menggunakan sistem ini, maka tidak perlu alokasi khusus untuk memulai bisnis.
Sumber modal bisnis dapat diperoleh dengan mencairkan investasi, namun sebaiknya hanya mencairkan investasi yang liquid atau mudah dicairkan. Hal ini untuk menghindari kerugian jika admistrasinya cukup atau belum jatuh tempo.
Gadai barang juga memungkinkan untuk modal bisnis Ramadan. Barang yang digadai sebaiknya bukan barang yang produktif, yang kita gunakan untuk penunjang pekerjaan seperti motor, mobil atau laptop. Patut dingat juga bahwa gadai mempunyai jatuh tempo.
Transaksi Selama Ramadan
Perusahaan periklanan online Criteomenganalisis bahwa ada lebih dari 111 juta transaksi belanja daring di Indonesa dan Malaysia selama Ramadan. Sebanyak 53 persen pelanggan belanja melalui desktop dan 68 persen belanja lewat ponsel mereka.
Bahkan, menurut Forbes pelanggan yang membeli suatu produk atau jasa lewat iklan yang mereka dapat meningkat sebanyak 20 persen setiap Ramadan. Hal ini tentu menjadi peluang yang potensial bagi yang ingin memanfaatkan peluang di bulan Ramadan untuk meningkatkan penjualan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi promosi yang tepat agar dapat meraup keuntungan maksimal.
Google menemukan, masyarakat rata-rata melakukan pencarian yang berhubungan dengan Ramadan di satu minggu sebelum hari H. Mereka mencari tips-tips kesehatan terkait puasa dan hal lain yang menyangkut bulan Ramadan.
Kebiasaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi marketing, yaitu mencuri perhatian konsumen lebih awal untuk melakukan promosi Ramadan.
Buatlah produk sekreatif mungkin, misalnya dengan membuat produk spesial Ramadan dengan edisi terbatas agar pembeli tertarik. Jangan lupa untuk memberikan promo khusus di bulan Ramadan.
Maksimalkan ide untuk produk. Dengan konten produk yang menarik selama Ramadan, Anda bisa mencuri perhatian konsumen untuk membeli. Sebagai contoh, bagi yang berbisnis kuliner bisa membuat konten di media sosial seperti menu spesial di bulan Ramadan. Atau bagi Anda yang memiliki bisnis fesyen, bisa membuat tips dan trik berbusana di bulan Ramadan.
Warnai suasana Ramadan pada produk bisnis jika ingin memaksimalkan peluang usaha ini. Misalnya untuk usaha kuliner, dapat mendesain wadah makanan berwarna hijau atau diberi hiasan nuansa Ramadan. Demikian juga dengan media sosial, desain dengan gambar yang bernuansa Ramadan hingga profil media sosial bisnis anda terlihat unik.
Dengan menggunakan strategi dalam memanfaatkan peluang usaha selama Ramadan, tentu akan memberikan kesempatan memperoleh laba lebih besar. Sudah terbukti banyak orang yang berhasil memperoleh keuntungan cukup besar dari memanfaatkan momen di bulan Ramadan.