Perkuat Portofolio, Kobexindo Diversifikasi Produk ke Sektor Konstruksi

JAKARTA - Perusahaan penyedia alat berat terintegrasi, PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX), kembali melakukan diversifikasi produk dengan menyasar masuk ke sektor konstruksi. Strategi ini sengaja dilakukan guna memperkuat portofolio pendapatan perusahaan yang selama ini ditopang oleh kinerja penjualan, baik dari sektor pertambangan maupun non-tambang.

Upaya diversifikasi itu dilakukan dengan merampungkan perjanjian keagenan distribusi antara Kobexindo dengan Dynapac Asia Pacific. Dengan perjanjian tersebut, pihak Kobexindo kini menjadi agen resmi yang memasarkan melakukan jasa perbaikan, dan menyediakan suku cadang produk alat berat segmen mesin konstruksi jalan Dynapac.

Selain menyediakan full fleet untuk mesin konstruksi jalan, KOBX juga masuk ke segmen power management, dengan menjadi pemasar bagi produk portable air compressors, generator (genset), lighting system, dan power modules buatan Doosan Portable Power.

"Diversifikasi produk sangat penting untuk memperkuat dan menyeimbangkan komposisi pendapatan Kobexindo yang bersumber dari pertambangan dan juga non-pertambangan. Dengan menjadi agen penjual serta penyedia jasa dan suku cadang produk Dynapac, KOBX menargetkan agar dapat berpartisipasi dalam membangun jaringan jalan raya dan tol berkualitas di Indonesia," ujar Direktur Utama KOBX, Andry B. Limawan, dalam keterangan resminya, Senin, 21 Maret.

Menurut Andry, kinerja penjualan sektor konstruksi, khususnya dalam pembangunan infrastruktur jalan raya dan tol, saat ini memiiki potensi yang cukup besar. Hal tersebut didasarkan pada data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (KemenPUPera), di mana kebutuhan anggaran sektor jalan dan jembatan dari tahun 2020 hingga 2024 tercatat mencapai Rp573 triliun.

Tak hanya pembangunan jalan raya dan tol baru, ANdry menjelaskan, pemerintah pusat maupun daerah juga secara berkala melakukan pemeliharaan serta peningkatan kualitas jalan nasional dan daerah. Bahkan, sebelumnya pemerintah telah menargetkan untuk memiliki 5.000 km tol pada 2024. "(Potensi) Itu masih ditambah lagi dari kinerja (pihak) swasta, seperti pengembang besar berskala kota maupun kontraktor umum, yang kini semakin marak," tegas Andry.