Konten Disinformasi Juga Jadi Senjata Ampuh dalam Konflik Rusia Kontra Ukraina
JAKARTA - Berdasarkan data digital 2022 yang dipublikasikan oleh We Are Social, di Ukraina terdapat 28 juta pengguna media sosial dari total 43,3 juta penduduk. Dapat dikatakan 65 persen dari populasi negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky ini setiap hari mengakses dan menggunakan media sosial.
Dalam laporannya Digital News Report 2021 menyebutkan bahwa enam dari 10 penduduk dunia yang dapat mengakses internet mengandalkan media sosial sebagai sumber berita sehari-hari. Media sosial telah menjadi medium yang diandalkan untuk memperoleh informasi secara mudah dan cepat.
Saat ini perhatian hampir seluruh penduduk bumi tertuju pada pada agresi militer Rusia ke wilayah Ukraina. Media sosial menjadi salah satu andalan saluran informasi tentang kabar konflik bersenjata antara Ukraina dengan Rusia. Pengguna media sosial perlu bijak dan cermat dalam memilih informasi yang diterima.
Konten disinformasi merupakan salah satu senjata yang digunakan dalam konflik bersenjata di Ukraina. Saat ini tanpa kita mencari, situasi konflik Rusia dan Ukraina akan bermunculan di media sosial kita.
Hampir 60 persen pengguna media sosial berasal dari usia 18 tahun hingga berumur 54 tahun, data ini menunjukkan bahwa hampir semua kelompok usia mengandalkan media sosial sebagai sumber berita.
Melalui media sosial, orang dapat berperan sebagai konsumen sekaligus pembuat informasi. Jenis konten disinformasi adalah infromasi yang dimanipulasi sedemikian rupa untuk mengelabui audiens dari fakta yang ada. Manipulasi informasi yang dimanfaatkan untuk meraih tujuan tertentu dapat disebut sebagai propaganda.
Salah satu contoh pada 25 Februari 2022 atau sehari setelah Rusia melakukan serangan ke wilayah Ukraina, media yang berafiliasi dengan Pemerintah Rusia menyebar kabar bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melarikan diri ke luar negeri.
Namun setelah kabar tersebut beredar Presiden Zelensky mengunggah video singkat yang menunjukkan keberadaan dirinya di ibu kota Ukraina, Kyiv, bukti bahwa informasi menjadi salah satu peperangan di era digital.
Pilihan Ragam Media Sosial
Youtube menjadi media sosial yang paling banyak diakses (28 juta pengguna), disusul oleh Instagram (16 juta pengguna), Facebook (16 juta pengguna), Tiktok (11 juta pengguna), dan terakhir Twitter dengan 900.000 pengguna harian bagi warga Ukraina.
Sementara itu, cakupan pengguna media sosial penduduk Rusia mencapai 73 persen dari 146 juta penduduk. Pada publikasi Digital 2022 The Russian Federation menunjukkan bahwa Youtube (106 juta pengguna) menjadi platform media sosial yang paling banyak diakses penduduk Rusia.
Hasil Studi Shelby Grossman dari Stanford Internet Observatory (SIO), menunjukkan bahwa masyrakat Ukraina berupaya mengungkap kebenaran yang terjadi melalui unggahan di media sosial atau Twitter, Facebook, dan Tiktok. Maka tidak heran bahwa langkah yang diambil oleh pemerintah Rusia adalah memblokir platform media sosial yang diandalkan oleh warga Ukraina untuk mengabarkan kondisi terkini
Pemerintah Rusia begitu mempertimbangkan ranah media sosial sebagian dari perang. Dilansir dari The Guardian, pada 4 Maret 2022 Roskomnadzor lembaga regulator komunikasi Rusia menyatakan telah memblokir akses Facebook dan Twitter bagi penduduk Rusia.
Bahkan untuk mengendalikan aktivitas publik di media sosial, parlemen Rusia menyetujui diberlakukannya undang-undang yang mengatur tentang publikasi dan penyebaran berita bohong yang terkait dengan perang di Ukraina. Ancaman hukuman pelanggar undang-undang ini adalah 15 tahun penjara.
Menyebar Hingga ke Indonesia
Konten-konten disinformasi ini juga menyebar hingga Indonesia. Saat ini mulai muncul penipuan berupa ajakan menyumbangkan dana atau keperluan lainnya untuk pengungsi Ukraina atau untuk mendukung upaya peperangan.
Sebaiknya melakukan verifikasi melalui mesin pencarian terkait kebenaran informasi. Kominfo juga memberitakan tentang sejumlah konten hoaks seputar konflik Rusia dan Ukraina. Salah satunya adalah video Youtube pada 27 Februari 2022 yang menyebutkan bahwa TNI membantu Ukraina menggempur militer Rusia. Setelah diverifikasi, video tersebut aslinya hanya membahas pendapat pengamat agar Indonesia membantu Ukraina terkait konflik Rusia versus Ukraina.
Tahun ini, untuk pertama kalinya laporan Digital News Report 2021 mengikutsertakan Indonesia sebagai wilayah yang disurvei. Hal ini berdasar pada tingginya pengguna media sosial di Tanah Air yang sudah mencapai 71 persen.
Baca juga:
- Ketika Media Sosial Amerika Serikat Didesak Terlibat Perang Hibrida, Menentang Invasi Rusia ke Ukraina
- Indeks Kebahagiaan Indonesia Meningkat Selama Pandemi COVID-19: Epidemiolog Bilang Bohong, Badan Pusat Statistik Punya Penjelasannya
- Tentara di Perang Rusia dan Ukraina Juga Menderita, Volume Otak Mereka Terus Berkurang Hingga Enam Bulan Pascakonflik
- Ketika Media Sosial Amerika Serikat Didesak Terlibat Perang Hibrida, Menentang Invasi Rusia ke Ukraina
Dari jenisnya, ada lima media sosial yang paling banyak dijadikan sumber berita oleh warga Indonesia. Kelimanya adalah WhatsApp (60 persen), YouTube (46 persen), Facebook (42 persen), Instagram (38 persen), dan Twitter (22 persen).
Konten propanda dan berita bohong dalam perang Rusia lawan Ukraina yang menyebar di sekitar kita, perlu diimbangi dengan kemampuan untuk memilah informasi di media sosial. Karenanya, penting untuk mencermati sejauh mana penggunaan media sosial sebagai sumber berita, terutama di Indonesia.