BRI Sedang Kebanjiran Likuiditas, UMKM yang Butuh Pinjaman Harap Merapat

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bakal memperbesar porsi kredit bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan begitu, BRI bisa berkontribusi menggerakkan kinerja perekonomian.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, masih terdapat ruang bagi BRI untuk melakukan ekspansi kredit seiring dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI saat ini yang berada di angka 83 persen. Rasio permodalan BRI pun cukup besar mencapai 25,28 persen atau tiga kali lipat di atas threshold yang diatur Bank Indonesia (BI).

Terlebih, BRI baru saja mendapatkan tambahan modal melalui proses rights issue sebesar Rp41 triliun.

"Dengan strategi transformasi dalam blueprint BRIVolution 2.0 yang sedang dijalankan BRI saat ini, kami optimistis porsi kredit UMKM di perseroan bisa menyentuh 85 persen pada 2024," ungkap Sunarso dalam keterangannya dikutip Antara, Kamis 17 Februari.

Sebagai informasi, porsi kredit UMKM BRI telah mencapai 83,86 persen.

Sunarso menuturkan, jika melihat sisi likuiditas maupun dari sisi capital, BRI punya peluang dan punya kemampuan untuk tumbuh secara agresif. Namun persoalannya, BRI tetap melihat bagaimana permintaan kredit dari para pelaku UMKM.

Seperti diketahui, sektor UMKM telah menjadi perhatian pemerintah seiring dengan target penyaluran kredit UMKM nasional di sektor perbankan hingga 30 persen dari total pembiayaan Rp1.800 triliun.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong adanya peningkatan kredit UMKM nasional, seiring adanya perbaikan demand side di sektor tersebut.

Ia pun mengharapkan aspek permodalan UMKM yang porsinya baru menyentuh 18,4 persen atau Rp1.200 triliun dapat meningkat melalui kontribusi dan kapabilitas BRI yang berpengalaman mengucurkan modal dan memberdayakan UMKM Indonesia.

"Kita melihat bahwa BRI adalah salah satu yang memberikan loan besar kepada sektor UMKM. Karena tidak semua perbankan konsentrasinya pada usaha kecil dan menengah, sehingga dari segi pemerintah mungkin yang penting agregat-nya. Karena kita tidak melihat bahwa semua one size fit for all, tapi yang jadi target pemerintah adalah total agregat," katanya.