Terbang Bersama BNPB Membantu Kami Menyadari Kebesaran Ciliwung
Jakarta - Hujan terjadi sejak Selasa, 31 Desember 2019 hingga Rabu pagi, 1 Januari 2020. Intensitas hujan itu adalah yang terparah dalam 24 tahun terakhir. Akibatnya, Jakarta dan sejumlah wilayah sekitarnya terendam banjir. Sore tadi, kami ikut bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyusuri aliran Sungai Ciliwung dari udara, melihat parahnya rendaman air hari ini.
Kami tiba di Lapangan Monumen Nasional (Monas) sekitar pukul 15.15 WIB. Saat itu, helikopter TNI telah bersiaga. Baling-balingnya belum lama dipakai terbang lalu-lalang untuk memantau sebaran banjir di Ibu Kota. Kali ini, untuk tujuan yang sama, kami memasuki kabin helikopter bercat hijau gelap tersebut. Sekitar 15 menit kemudian, helikopter lepas landas.
Dari arah utara, helikopter membawa kami langsung ke ujung selatan Jakarta. Jagakarsa adalah titik pertama yang kami pantau. Sungai Ciliwung terlihat mengular perkasa di bawah kami. Warnanya cokelat, badannya dipenuhi luapan yang mengalir tak terhentikan dari arah hulu.
Di sepanjang sisinya, pohon-pohon hijau tampak tumbuh. Di sekitar pohon, bangunan-bangunan berdiri mengepung. Di Jagakarsa, kami melihat sejumlah titik rendaman air di sekitar aliran Sungai Ciliwung. Kondisi itu terjaga hingga kami memasuki wilayah Pasar Minggu.
Selepas Pasar Minggu, pilot mengarahkan helikopter melayang di atas wilayah Cijantung. Di titik itu, kami melihat kondisi yang tak jauh berbeda. Rendaman air terlihat di beberapa titik permukiman dan jalan. Selanjutnya, kami bergerak ke arah Manggarai dan Kampung Pulo. Dari sini, kami menyadari, semakin ke utara, dampak banjir semakin parah.
Di Pintu Air Manggarai, air tampak tertahan dalam volume besar. Sampah-sampah terlihat diangkut dengan alat berat ke daratan. Meninggalkan Pintu Air Manggarai, kami bergerak ke Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di sana, titik-titik rendaman air jauh lebih parah ketimbang berbagai wilayah lain yang kami temui. Air terlihat telah mulai mencapai atap-atap rumah warga.
Temuan sejauh ini menunjukkan bahwa aliran air Sungai Ciliwung yang berasal dari Bogor dan bergerak ke wilayah Jakarta Utara sebagai salah satu penyebab banjir hari ini. Temuan ini juga membuat kami berkesimpulan bahwa kiriman air dari Bogor belum tiba di Jakarta. Setidaknya hingga pantauan yang kami lakukan sekitar pukul 15.00 hingga 16.00 WIB.
Baru dimulai
Dari Kelapa Gading, kami kembali ke Monas. Usai penerbangan sekitar 30 menit itu, kami menyempatkan diri berbincang dengan pilot penerbangan kami, Mayor CPN Athenius Murip. Ia menjelaskan, penerbangan yang baru saja kami lakukan adalah pantauan terhadap jalur aliran Sungai Ciliwung. Pantauan ini penting mengingat kiriman air dari Bogor adalah salah satu sebab utama banjir hari ini.
"Memang, sungainya yang sudah mulai melebar setelah hujan berhenti. Itu kiriman mungkin, kiriman dari atas semakin meluas. Jadi, menyebar ke kampung-kampung perumahan yang berdekatan dengan Sungai Ciliwung. Itu yang tampak terlihat dari atas," tuturnya kepada VOI di Monas, Rabu, 1 Januari.
Usai berbincang dengan Athenius, kami menghampiri konferensi pers yang digelar oleh BNPB bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan sejumlah otoritas terkait. Anies memeringatkan masyarakat di sekitar lintasan Sungai Ciliwung untuk waspada karena kiriman air dari Bendung Katulampa di Bogor akan tiba di Jakarta sekitar pukul 18.00 WIB.
kata Anies.
Otoritas sepakat, banjir hari ini masih jauh dari selesai. Bahkan, musim banjir baru saja dimulai. Pernyataan Anies diperkuat oleh data yang dirilis BPBD sekitar pukul 13.00 WIB tadi, dua jam sebelum kami terbang bersama BNPB. Dalam data itu, BPBD merinci tinggi muka air di Pos Pantau Depok mencapai status Siaga I dengan tinggi 400 cm pada pukul 13.00 WIB.
Selain itu, status Siaga I juga terjadi di Pos Pantau Karet, Jakarta Pusat dan Angke Hulu Jakarta Utara dengan masing-masing tinggi muka air mencapai 660 cm dan 340 cm. Bahaya banjir nyatanya tak cuma untuk Jakarta. Beberapa wilayah Tangerang dan Bekasi terpantau ikut terendam.