BMKG Memprediksi, Kemarau Panjang Tak Lagi Melanda Indonesia pada 2020
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau panjang yang terjadi di tahun ini, mungkin tak akan terulang kembali di tahun 2020 mendatang. Sebab fenomena El Nino tak akan berlanjut hingga Juni 2020 mendatang.
"Diprediksi tidak akan terjadi musim kemarau berkepanjangan, seperti yang terjadi tahun lalu," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam acara Kaleidoskop Bencana 2019 di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin, 30 Desember.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak adanya indikasi dari kemunculan fenomena perbedaan suhu air laut di antara Samudera Hindia, atau tepatnya di sebelah barah daya Pulau Sumatera dengan sebelah Timur Afrika. Sehingga diperkirakan suhu permukaan air laut di Indonesia akan tetap normal dan cenderung menghangat hingga Juni 2020.
Analisis ini juga didukung dengan data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan National Aeornautics and Space Administration (NASA). Sehingga BMKG memprediksi fenomena El Nino pada 2020, tidak akan separah di tahun sebelumnya.
BMKG juga memprediksi, curah hujan bulanan akan cenderung normal. Anomali hujan akan terjadi sejak akhir bulan Desember 2019 hingga kuartal awal tahun 2020 mendatang. Dwikorita bahkan mengatakan, ada kemungkinan jika malam tahun baru pada 31 Desember bisa saja hujan terjadi.
"Ini tidak serentak di seluruh Indonesia. Jadi secara bertahap curah hujan mulai tinggi di bulan Januari sampai Maret terutama di bagian selatan Pulau Sumatera, Pulau Jawa, hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Tengah, Sulawesi, dan Papua," jelasnya.
Meski demikian, Dwikorita mengingatkan tahapan musim kemarau masih akan terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Masyarakat diminta tetap waspada dengan perbedaan cuaca tersebut, khususnya bagi mereka yang tinggal di wilayah Aceh dan Riau.
Musim kemarau tetap akan terjadi di kedua wilayah tersebut pada Februari hingga Maret 2020 dan mengakibatkan kekeringan serta kemungkinan kebakaran lahan. Sementara di wilayah lainnya, musim kemarau baru akan terjadi pada April hingga Oktober 2020.
“Untuk minimalkan dampak musim kemarau, maka diimbau semua pihak memaksimalkan kapasitas waduk, embung, dan kolam retensi untuk penyimpanan cadangan air. Bisa dilakukan pada puncak musim hujan pada Februari hingga Maret 2020,” ujarnya.
BMKG imbau masyarakat sering pantau perkiraan cuaca
Usai memaparkan perkiraan cuaca, Dwikorita kemudian mengingatkan masyarakat untuk terus waspada. Caranya dengan terus memonitor info perkiraan cuaca. Sebab, dengan begini masyarakat bakal mengetahui kondisi cuaca sehingga aktivitasnya tidak terhambat.
"Ini bukan untuk menghalangi aktivitas, malah justru dengan perkiraan cuaca kita akan tahu biasanya pagi sampai siang itu cuaca masih cerah berawan. Lalu setelah pukul 14.00 siang itu terjadi hujan bisa lebat bahkan puting beliung. Itu berdasarkan data kami," ungkapnya.
Apalagi untuk di musim libur akhir tahun seperti saat ini, dia yakin, mengecek perkiraan cuaca setiap saat tentu akan sangat membantu pergerakan masyarakat.
Sedangkan terkait pencegahan untuk cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek, Dwikorita mengatakan BMKG telah memberikan informasi dini kepada para penanggungjawab dan pemangku kepentingan untuk mempersiapkan diri seperti membersihkan saluran agar tidak mampet dan memangkas ranting pohon yang sudah berat agar tidak mudah tumbang.
Selain itu, dia juga mengingatkan agar pemerintah daerah dapat memperhatikan baliho yang berada di jalan raya. "Baliho yang tentunya berat ini harus diamankan tentunya. Diperkuat atap-atap bangunannya agar tidak roboh saat kena hujan," tegas dia.