Kesaksian Ketua RT saat Erupsi Semeru, Semua Ternak Mati

LUMAJANG - Sebagian besar rumah warga di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang terendam endapan lahar dingin. 

Desa ini disebut sebagai wilayah paling terdampak erupsi atau sebaran awan panas guguran Gunung Semeru, Sabtu 4 Desember.

Ketua RT 10 RW 04 Dusun Sumbersari Jayadi (35) mengatakan ada 40 rumah dengan 95 KK yang terdampak bencana ini.

Selain rumah, kendaraan dan ternak warga juga banyak yang mati. Namun ia belum mengkalkulasi kerugian.

“Rumah, kendaraan dan hewan ternak kami semua mati. Kalau di dusun lainnya hanya tertutup debu,” kata Jayadi kepada wartawan, Senin, 5 Desember. 

Selain itu, sampai saat ini masih ada 3 orang warga dusun yang belum jelas nasibnya. Saat kejadian, Jayadi menyebut hanya banjir lahar kecil. Namun tiba-tiba beberapa saat kemudian ada banjir susulan dengan volume lebih besar. Warga, kata dia, saat itu kaget dan lari kalang kabut.

"Kemarin itu ada banjir lahar kecil tapi kemudian ada banjir susulan tapi besar. Semua warga pada kaget dan lari mengungsi. Semua pada kalang kabut menyelematkan diri," kata dia.

Saat ini proses evakuasi dan pencarian masih berlangsung. Saat ini, seluruh warga desa terpaksa bertahan di tempat pengungsian. 

Kondisi terkini,  Gunung Semeru memunculkan lava pijar yang tampak dari Desa Sumberwuluh, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sekitar pukul 20.00 WIB.

Pantauan Antara dari depan Balai Desa Sumberwuluh, lava pijar terlihat jelas dan membuat sebagian warga keluar rumah untuk menyaksikan.

“Iya, keluar dan kelihatan dari sini. Tapi bagi kami memang sudah biasa karena juga beberapa kali muncul lava pijar,” ujar salah seorang warga, Mbah Jaya.

Hingga berita ini ditulis, lava pijar tetap terlihat dan menjadi tontonan sebagian warga.

Pada Sabtu, 4 Desember, sore terjadi peningkatan aktivitas Gunung Semeru yang mengeluarkan asap panas dan berdampak pada daerah di sekitar gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut.

Ratusan warga terpaksa harus mengungsi ke berbagai tempat aman untuk menghindari awan panas di gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu.