Menag: Tanpa Toleransi Tidak Ada Kerukunan
MANADO - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan pentingnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa toleransi disebut Mega tidak ada kerukunan.
"Pengalaman membuktikan toleransi dan kerukunan tidak tercipta hanya dari satu pihak, sedangkan pihak yang lain berpegang pada hak-haknya sendiri," kata Menag dalam sambutan penutupan Pekan Kerukunan Internasional dan Konferensi Nasional VI FKUB se-Indonesia yang dibacakan Staf Ahli Menteri Agama, Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono di Manado, Sulawesi Utara, dikutip Antara, Senin, 22 November.
Saat ini, sebut dia, dikembangkan moderasi beragama agar toleransi dan kerukunan yang sudah ada lebih mengakar di kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
Di negara yang berdasarkan Pancasila ini, tidak ada mayoritas atau tirani minoritas, semua umat beragama dituntut untuk saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing, dimana hak seseorang dibatasi oleh hak-hak orang lain.
"Pancasila adalah ideologi pemersatu yang merangkul nilai-nilai ke-Indonesiaan sebagai bangsa yang beragama. Sila pertama dan utama Pancasila, yaitu Ketuhanan Maha Esa meneguhkan identitas nasional sebagai bangsa yang beragama dan bermoral," ujar Menteri.
Karena itu, Menag mengajak sebagai bangsa Indonesia dari generasi ke generasi harus menjaga komitmen nasional tentang landasan bernegara di tengah dahsyatnya percaturan global di bidang geopolitik, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan hal lainnya.
Baca juga:
Menteri memberikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan FKUB VI di Sulut yang mengusung semangat “Torang Samua Ciptaan Tuhan” sebagai inspirasi seorang tokoh pluralis Indonesia, Olly Dondokambey yang juga Gubernur Sulut.
"Hal ini telah mewarnai semangat para pegiat kerukunan, baik di kabupaten/kota maupun provinsi di seluruh Indonesia untuk menjadi semangat nasional yang menempatkan kerukunan umat beragama sebagai salah satu modal bangsa ini untuk maju," sebutnya.
Tanpa kerukunan, lanjut Menteri, akan sukar menggapai cita-cita besar sebagai bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
"Sulawesi Utara adalah provinsi laboratorium kerukunan di Indonesia dan role model dalam membangun kebijakan toleransi dan kerukunan di daerah-daerah di Indonesia.