Airlangga: Penyelengaraan Presidensi G20 Jadi Harapan Pemulihan Ekonomi Global
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan presidensi G20 yang akan diselenggarakan di Indonesia tahun 2022 merupakan harapan global dalam pemulihan ekonomi yang merata bagi semua negara.
"Presidensi G20 Indonesia bukan hanya suatu tantangan besar, tetapi juga harapan. Dengan mengangkat tema 'Recover Together, Recover Stronger', Indonesia mendorong upaya bersama bagi pemulihan ekonomi dunia. Seperti yang digarisbawahi Presiden RI Joko Widodo, prinsip utama yang harus dipegang adalah pertumbuhan yang inklusif, berpusat pada masyarakat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan," tuturnya dalam keterangan tertulis, Minggu, 21 November.
Menurut Airlangga, prinsip tersebut juga sejalan dengan peningkatan produktivitas, peningkatan ketahanan, dan memastikan stabilitas ekonomi dan keuangan di seluruh dunia.
Airlangga mengatakan salah satu prioritas dalam Presidensi G20 adalah mengembangkan sumber pembiayaan yang dapat mendukung upaya setiap negara dalam menyediakan pembiayaan berkelanjutan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim seperti yang dijanjikan dalam The Glasgow Pact pada COP26.
Perjanjian tersebut juga menandai upaya global dalam mengurangi penggunaan batubara secara bertahap untuk mencapai ekonomi rendah karbon.
Airlangga mengatakan Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin agar G20 dapat bermanfaat bagi semua negara. Inklusivitas adalah prioritas utama bagi kepemimpinan Indonesia, dengan komitmen untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.
Tak hanya itu, Indonesia juga menegaskan kembali dukungan terhadap multilateralisme. Musyawarah dan mufakat telah tertanam dalam DNA bangsa dan tertulis dalam konstitusi. Indonesia berkomitmen untuk mencapai multilateralisme efektif yang mengalirkan pekerjaan nyata dan memberikan hasil terukur yang bermanfaat bagi semua orang.
"Upaya pemulihan global harus dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi. Kita harus tetap berkomitmen untuk memperkuat kerja sama global yang akan membawa kita ke dunia yang lebih baik pasca COVID-19. Saya yakin kerjasama ini akan semakin maju dan berdampak positif bagi kita," ucapnya.
Baca juga:
Airlangga mengatakan pandemi COVID-19 telah memberi kita kesempatan untuk melakukan 'reset and reshape' dunia dengan cara yang lebih selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Negara-negara di seluruh dunia juga telah berkomitmen untuk mencapai SDGs pada tahun 2030.
Dengan tantangan besar yang dihadapi dalam masa pandemi bagi setiap negara, kata Airlangga, upaya untuk mempercepat pencapaian SDGs pun harus terus ditingkatkan. Di sinilah kerja sama global sangat dibutuhkan.
"Negara-negara maju telah mengelola situasi pandemi dengan lebih baik, tetapi banyak negara berkembang yang masih berjuang untuk mengakses vaksin," katanya.
Berdasarkan data The United Nations, terdapat 48 negara yang menghadapi risiko tinggi atau sangat tinggi mengalami 'lost generation' akibat berkurangnya kesempatan pendidikan, kehilangan pekerjaan, dan terkendala sistem perawatan kesehatan.
Karena itu, Airlangga mengatakan kerja sama global dalam mencegah kondisi krisis yang berkepanjangan perlu dilakukan. Khususnya dalam membantu negara-negara paling miskin dan rentan, kemitraan global dalam bentuk dukungan pendanaan, penangguhan pembayaran utang, dan akses teknologi.
Tak hanya itu, kata Airlangga, diperlukan juga mekanisme pembiayaan yang inovatif untuk menutup kesenjangan pendanaan SDGs, termasuk melalui blended finance dan sustainable private investment untuk menghidupkan kembali perekonomian dan menciptakan lapangan kerja.