JAKARTA - Sebuah tim yang berasal dari China dan Jerman melaporkan bahwa permukaan Bulan memiliki tingkat radiasi yang cukup tinggi. Mereka mengungkap hal itu berbahaya bagi penjelajah misi bulan di masa depan.

Mengutip CNN Internasional, Sabtu, 26 September, data radiasi ini dikumpulkan pertama secara sistematis di Bulan pada Januari 2019. Saat itu misi pesawat ruang angkasa robot Chang'e 4 China mendarat di sisi jauh Bulan. Penelitian ini juga diterbitkan di jurnal AS Science Advances.

"Ini adalah pencapaian luar biasa dalam arti bahwa sekarang kami memiliki kumpulan data yang dapat kami gunakan untuk mengukur radiasi kami dan lebih memahami potensi risiko bagi orang-orang di bulan," ungkap fisikawan dari institut kedokteran Badan Antariksa Jerman, Thomas Berger.

Diketahui, astronot akan mendapatkan radiasi 200 hingga seribu kali lebih banyak di Bulan daripada di Bumi. Manusia benar-benar tidak dibuat untuk tingkat radiasi ini dan harus melindungi diri mereka sendiri saat berada di Bulan. Karena jika tidak, maka ia akan memiliki penyakit katarak, kanker, atau penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat atau sistem organ lainnya.

Radiasi adalah energi yang dipancarkan dalam gelombang atau partikel elektromagnetik. Ini terlihat seperti seperti sinar-X dan gelombang radio, yanh dapat dirasakan maupun tidak. Namun, astronot menghadapi sejumlah sumber radiasi yang berpotensi berbahaya di luar angkasa yang sebagian besar merupakan perlindungan atmosfer Bumi.

"Tingkat radiasi harus hampir sama di seluruh Bulan, kecuali di dekat dinding kawah yang dalam. Pada dasarnya, semakin sedikit Anda melihat langit, semakin baik. Itulah sumber utama radiasi," ujar peneliti Robert Wimmer-Schweingruber dari Christian-Albrechts University di Kiel, Jerman. 

Wimmer-Schweingruber mengatakan tingkat radiasi mendekati prediksi model. Tingkat yang diukur oleh Chang'e 4 pada kenyataannya, hampir sama persis dengan pengukuran oleh detektor pada pengorbit NASA yang telah mengelilingi Bulan selama lebih dari satu dekade.

Dalam garis besar rinci yang dirilis minggu ini, NASA mengatakan pasangan astronot pertama yang mendarat di Bulan di bawah program Artemis baru akan menghabiskan waktu sekitar satu minggu di permukaan Bulan, lebih lama dari yang dilakukan awak Apollo setengah abad yang lalu. Ekspedisi akan berlangsung satu hingga dua bulan setelah base camp didirikan.

NASA berencana menempatkan astronot di Bulan pada akhir 2024, dan di Mars sekitar tahun 2030-an. Badan antariksa itu mengatakan akan memiliki alat detektor radiasi dan tempat berlindung yang aman di atas semua kapsul awak Orion yang terbang ke Bulan.

Selain itu, kendaraan luar angkasa juga akan menggunakan pelindung, dosimetri, dan peringatan pelindung. Penelitian juga sedang dilakukan terhadap obat-obatan yang dapat membantu astronot bertahan dari radiasi.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)