YOGYAKARTA - Sejak kemunculannya, hepatitis misterius telah menjadi perhatian global. Penyakit yang terutama menyerang anak-anak ini telah menimbulkan tanda tanya besar di kalangan medis.

Apa sebenarnya yang menyebabkan penyakit ini? Dan bagaimana kita bisa mengenali gejala awalnya? Artikel ini akan mengulas secara secara mendalam gejala-gejala hepatitis misterius yang perlu diwaspadai.

Gejala Hepatitis Misterius

Dilansir dari laman Hepatitis SA, gejala paling umum hepatitis misterius adalah muntah dan jaundice (kuning).

Jaundice adalah gejala terkenal dari hepatitis serius, karena hati yang rusak dapat menyebabkan kadar bilirubin (pigmen empedu berwarna kuning-oranye) yang tinggi dalam tubuh, yang membuat kulit dan bagian putih mata berwarna kuning.

Para peneliti di University of Sydney telah menemukan bahwa faktor penyebab utama hepatitis ini adalah infeksi oleh beberapa virus. Namun, masih banyak pertanyaan yang membingungkan para peneliti.

Wabah ini hanya mempengaruhi anak-anak di bawah usia 10 tahun, dan dalam waktu satu tahun, lebih dari 1.000 anak dari 35 negara dengan hepatitis yang tidak diketahui asalnya dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia. Tetapi setelah 12 bulan, kasus-kasus tersebut tampaknya berhenti secepat mereka muncul.

Studi tersebut menemukan bukti yang mendukung teori yang sudah ada, yaitu hepatitis misterius disebabkan oleh infeksi beberapa virus sekaligus. Namun, studi ini juga mengungkapkan bahwa kasus-kasus yang terjadi lebih tinggi dan lebih parah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Bahkan, enam persen dari kasus yang dilaporkan membutuhkan transplantasi hati.

Baca juga artikel yang membahas Perbedaan Campak dan Cacar Air hingga Monyet

Pengawasan dan pemantauan yang tidak konsisten oleh lembaga kesehatan juga membuat wabah ini tidak terjawab tuntas. Termasuk mengapa kasus hanya dilaporkan di negara-negara tertentu.

"Ketika wabah terjadi, peningkatan kasus sangat membingungkan. Sangat menarik bagaimana kasus-kasus ini terjadi dan mengapa ada kasus dari Inggris Raya serta kasus dari Amerika Serikat," kata Profesor Guy Eslick dari Australian Paediatric Surveillance Unit di University of Sydney, salah satu penulis studi ini.

Masih Menjadi Misteri Medis

Kasus pertama hepatitis misterius dilaporkan di Inggris Raya, kemudian di AS, terutama di negara bagian Alabama. Namun, tidak ada hubungan yang jelas yang dapat menjelaskan bagaimana wabah ini bisa melintasi benua.

“Ini adalah misteri medis yang ingin kami selidiki. Dalam penelitian ini, dengan mengumpulkan semua bukti yang tersedia, kami dapat membentuk gambaran yang lebih jelas tentang penyebab wabah tersebut. Ini akan sangat penting untuk identifikasi dan pencegahan wabah di masa depan,” jelas Profesor Eslick.

Tim peneliti mengumpulkan bukti dari semua studi yang melaporkan kasus hepatitis misterius, di mana dokter tidak dapat menentukan penyebabnya.

Tim peneliti menemukan bahwa jumlah kasus lebih tinggi dan lebih parah dari yang diperkirakan sebelumnya, dengan data mengungkapkan lebih dari 3.000 kasus. Adapun tingkat kematian hepatitis misterius adalah 3,5%.

Kini Unit Pengawasan Pediatrik Australia masih terus memantau kasus hepatitis dengan asal-usul yang tidak diketahui. Mereka telah memantau semua kasus hepatitis akut parah pada anak-anak dan remaja, bukan hanya kasus yang tidak diketahui penyebabnya.

Profesor Eslick mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan. Hal tersebut lantaran sejak wabah 2022, pemantauan oleh banyak lembaga kesehatan di luar negeri, seperti CDC Amerika, untuk kasus hepatitis serupa pada anak-anak telah dihentikan.

"Pelajaran dari semua wabah penyakit masa lalu dan sekarang adalah perlunya kewaspadaan terus-menerus. Ini adalah sesuatu yang perlu kita terus selidiki," kata Profesor Eslick.

Selain gejala hepatitis misterius, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya! 


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)