JAKARTA - Berbelanja sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan dalam keseharian.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi sebesar 12,94 persen bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2023.

Namun tak bisa dipungkiri, pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu telah mengakselerasi adopsi belanja online secara signifikan.

Meski demikian, konsumen Indonesia tetap tidak meninggalkan kebiasaan belanja offline.

Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren belanja tersebut, perusahaan data dan insights Populix berusaha menggali lebih lanjut pola belanja konsumen di Indonesia melalui laporan riset bertajuk.

“Riset kami memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline mengungkapkan keduanya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam,“ ujar Head of Research Populix. Indah Tanip dalam keterangannya, Kamis, 18 April.

Kata dia, Riset Populix membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode, yaitu sebelum, saat, dan setelah terjadinya pandemi.

Hal ini dikarenakan faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, sebanyak 54 persen dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung.

Setelah pandemi berakhir, 49 persen di antaranya juga masih lebih sering melakukan aktivitas belanja online.

Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline setelah masa pandemi berakhir mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline.

Faktor Pendorong Belanja Online dan Offline

Dari kacamata konsumen, kehadiran toko offline dan online tentunya bisa mengakomodasi preferensi belanja yang beragam.

Secara umum, konsumen Indonesia biasanya telah memiliki preferensi masing-masing saat melakukan pembelian kategori produk tertentu.

Riset ini menemukan bahwa produk fashion dan kecantikan (masing-masing sebanyak 46 persen) dibeli secara online.

Sementara kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan (34 persen) lebih dominan dibeli secara offline.

“Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia. Untuk terus memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang sangat esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam,” tutup Indah.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)