Netanyahu Ngotot Minta Sandera Dibebaskan, Israel Terus Menyerang Gaza Hingga Puluhan Orang Tewas

JAKARTA - Serangan Israel di Gaza menewaskan 53 warga Palestina, termasuk seorang jurnalis dan petugas penyelamat.

Militer Israel mengatakan pasukan udara dan darat di utara daerah itu menewaskan puluhan militan.

Serangan udara menghantam pusat darurat sipil di kawasan pasar Nuseirat di Jalur Gaza tengah, menewaskan Ahmed Al-Louh, seorang jurnalis video untuk Al Jazeera TV, dan lima orang lainnya, kata petugas medis dan rekan jurnalis.

Serangan lain terhadap rumah di kamp Nuseirat menewaskan lima orang, termasuk anak-anak, menurut petugas medis.

Jaringan TV mengatakan Al-Louh sedang bekerja ketika dia dibunuh dan mengutuk Israel.

Dilansir Reuters, Senin, 16 Desember, militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan militan Hamas dan Jihad Islam yang beroperasi dari kantor Nuseirat Pertahanan Sipil Gaza. Mereka menyebut Al-Louh sebagai anggota kelompok militan Jihad Islam, tanpa memberikan bukti.

Al Jazeera tidak segera mengomentari tuduhan Israel namun mengutuk klaim Israel sebelumnya yang menyebut beberapa jurnalis jaringan milik Qatar yang tewas dalam perang Gaza sebagai anggota kelompok militan.

Media Hamas menyebutkan kepala layanan darurat sipil di Nuseirat, Nedal Abu Hjayyer, juga tewas.

“Markas darurat sipil di kamp Nuseirat dihantam saat kru hadir, mereka bekerja sepanjang waktu untuk melayani masyarakat,” kata Zaki Emadedeleen dari layanan darurat sipil kepada wartawan di rumah sakit.

Serangan udara lainnya menghantam sekelompok orang yang memiliki hubungan dengan Hamas yang bertugas melindungi truk bantuan di sebelah barat Kota Gaza.

Dilaporokan 11 orang tewas dalam tiga serangan udara Israel terhadap rumah-rumah di Kota Gaza, sembilan orang tewas di kota Beit Lahiya, Beit Hanoun dan kamp Jabalia ketika sejumlah rumah dibom atau dibakar, dan dua orang tewas di Rafah.

Militer Israel mengatakan tiga rumah di Kota Gaza milik militan yang merencanakan serangan dalam waktu dekat. Langkah-langkah ini menurut Israel diambil untuk mengurangi risiko terhadap warga sipil, termasuk penggunaan amunisi yang tepat dan pengawasan udara.