Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia dan Dunia
JAKARTA - Hari Pramuka Nasional diperingati setiap 14 Agustus hari ini. Dalam sejarah Indonesia, Pramuka sebelumnya dikenal sebagai gerakan Kepanduan. Gerakan ini terdapat di banyak negara di dunia dan memiliki sejarah panjang bagaimana kemudian bisa mendunia.
Melansir Scouts saat ini ada lebih dari 50 juta anggota Pramuka baik anak-anak maupun dewasa, pria dan wanita, di lebih dari 200 negara. Gerakan ini bermula dari 20 anak laki-laki yang melakukan eksperimen berkemah pada 1907.
Kegiatan ini diadakan selama sembilan hari pertama pada Agustus awal abad 20 di Pulau Brownsea, Dorset, Inggris. Perkemahan ini berhasil membuktikan kepada penyelenggara, Robert Baden Powell bahwa pelatihan dan metodenya menarik bagi kaum muda.
Sehingga setahun kemudian, Powell menerbitkan buku pertamanya tentang Pramuka yakni Scouting for Boys. Buku tersebut berhasil terjual lebih dari 100 juta eksemplar yang menjadikannya salah satu buku terlaris sepanjang masa.
Dalam tulisannya Powell menjabarkan metode pelatihan perkemahan untuk anak-anak. Nantinya metode ini diduplikasi oleh banyak organisasi pemuda di dunia. Hari lahir Baden-Powell pada 22 Februari diperingati sebagai Hari Pramuka Internasional.
Pada 1909 Scouting for Boys diterjemahkan ke lima bahasa. Sementara di London sendiri anggota komunitas ini semakin banyak mencapai 11.000 anggota.
Sempat terhenti karena adanya Perang Dunia pertama, Pramuka akhirnya dilanjutkan kembali. Sampai 1920 Jambore Pramuka Dunia pertama kali digelar di Olympia, London dengan peserta mencapai 8.000 orang. Ajang ini membuktikan kaum muda dari berbagai negara dapat berkumpul untuk berbagi minat dan cita-cita yang sama.
Jambore tersebut sekaligus melahirkan Biro Pramuka Dunia. Dua tahun kemudian Komite Pramuka Dunia pertama dipilih pada Konferensi Internasional ke-2 di Paris, yang diwakili 31 Organisasi Pramuka dari seluruh dunia. Keanggotaannya di dunia saat itu mencapai lebih dari 1 juta.
Pramuka di Indonesia
Mengutip laman semarangkota.go.id, di Indonesia gerakan Pramuka sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Tahun 1916, Mangkunegara VII di Surakarta memprakarsai berdirinya Javaansche Padvinders Organisatie.
Setelah itu, bermunculan gerakan-gerakan sejenis yang dikelola oleh organisasi-organisasi pergerakan, sebut saja Hizbul Wathan (Muhammadiyah), Nationale Padvinderij (Boedi Oetomo, Sarekat Islam Afdeling Padvinderij (Sarekat Islam), Nationale Islamietische Padvinderij (Jong Islamieten Bond), dan lain-lain.
Menurut Panduan Museum Sumpah Pemuda (2009), gerakan Kepanduan atau Pramuka di tanah air secara nasional dimulai pada 1923 dengan berdirinya Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) di Batavia, lalu dilebur menjadi Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) pada 1926. Adapun istilah Pramuka resmi digunakan untuk menyebut gerakan Kepanduan nasional baru terjadi cukup lama setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 14 Agustus 1961.
Gagasan itu muncul dari Presiden Sukarno yang ingin menyatukan seluruh gerakan Kepanduan di Indonesia. Oleh karena itu setiap 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka. Misi utama gerakan Pramuka adalah untuk mendidik pemuda dan pemudi Indonesia, dari usia anak-anak, demi meningkatkan rasa cinta tanah air dan bela negara.
Istilah Pramuka dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX, terinspirasi dari kata Poromuko yang berarti pasukan terdepan dalam perang. Namun, kata Pramuka diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Gemar Berkarya”.
Sultan HB IX menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama dan terpilih kembali sampai 4 periode selanjutnya hingga tahun 1974. Ia berjasa melambungkan Pramuka Indonesia hingga ke luar negeri. Maka, gelar Bapak Pramuka Indonesia kemudian disematkan kepada Raja Yogyakarta ini.