Cinta di Ujung Jari, Tipu di Ujung Saku

11 April 2025, 09:00 | Tim Redaksi
Cinta di Ujung Jari, Tipu di Ujung Saku
Ilustrasi Foto (Luthfiah VOI))

Bagikan:

JAKARTA - Awalnya hanya ingin mencari teman bicara. Namun yang didapat justru luka, kehilangan, dan penyesalan. Semua yang terjadi setelah menjadi korban dari modus penipuan aplikasi online yang berwarna hijau.

Fenomena penipuan cinta di aplikasi kencan bukanlah hal baru. Tapi di era digital yang dipenuhi kesepian, korban terus berjatuhan, tak sedikit di antaranya kehilangan uang, kepercayaan diri, bahkan rasa percaya pada sesama.

Sebut saja Udin (bukan nama sebenarnya). Pria berusia 40 tahun ini tak pernah menyangka bahwa obrolan ringan di sebuah aplikasi kencan bisa berubah menjadi mimpi buruk yang menguras isi tabungan dan menorehkan trauma.

Udin mulai menggunakan aplikasi MiChat saat pandemi melanda pada 2020. Niatnya sederhana: ingin mencari teman baru. Tapi di balik foto-foto seksi yang terpajang, ternyata ada jebakan yang menunggunya.

“Awalnya dia janji kirim foto dan video bugil, tapi syaratnya harus transfer Rp200 ribu dulu,” ujar Udin saat berbincang dengan Voi.id, Rabu, 9 April 2025.

Karena penasaran, Udin menyanggupi. Tak lama, ia menerima kiriman sesuai janji meski tanpa memperlihatkan wajah. Rasa penasaran makin menjadi. Udin lalu meminta video call, namun permintaannya ditolak. Akun itu justru menawarkan pertemuan di hotel dengan biaya Rp1 juta per malam, yang tentu saja harus dibayar di muka.

Tanpa pikir panjang, Udin mentransfer lagi. Ia bahkan sempat menuju lokasi yang dijanjikan. Tapi di tengah perjalanan, nalarnya mulai bekerja. Ia membuka kembali aplikasi Michat, dan saat itulah kesadaran pahit datang: akun tersebut sudah hilang. Uang raib, dan pelakunya lenyap begitu saja.

“Entah kenapa, saya seperti dibuat penasaran terus. Jadi ya nurut aja. Tapi ternyata saya dimanfaatkan. Sampai sekarang saya nggak tahu dia cewek beneran atau bukan,” tutur Udin.

Cerita Udin hanyalah satu dari sekian banyak kisah serupa yang bermunculan. Aplikasi dating memang menawarkan kesempatan untuk berkenalan, berteman, bahkan menjalin hubungan asmara. Tapi di balik kemudahan itu, ada celah yang kerap dimanfaatkan oknum tak bertanggung jawab untuk menjerat mereka yang rapuh dan sendiri.

Kemudahan akses internet, dan perubahan gaya hidup mendorong popularitas aplikasi dating MiChat dan sejenisnya. Aplikasi-aplikasi ini menjadi alternatif dalam mencari pasangan, membangun relasi, atau sekadar berkenalan dengan orang baru.

Namun, di balik ini, muncul persoalan serius yang kerap luput dari perhatian: maraknya penipuan yang memanfaatkan kerentanan emosional pengguna. Para pelaku kejahatan memanfaatkan keintiman digital untuk membangun kepercayaan, lalu memanipulasi korban demi keuntungan pribadi berupa uang.

Fenomena ini menunjukkan bahwa di balik interaksi yang tampak kasual dan menyenangkan, tersembunyi risiko yang dapat berdampak besar pada aspek psikologis dan finansial pengguna.

ILUSTRASI DOK VOI
ILUSTRASI DOK VOI

Kasus Penipuan Lewat Aplikasi Kencan Terjadi di Awal 2025 di Jakarta dan Sekitarnya

Kehidupan manusia modern kini tak bisa lepas dari internet dan media sosial. Namun, kemudahan ini juga membuka celah bagi kejahatan digital. Sepanjang awal tahun 2025, tercatat sudah empat kasus penipuan yang bermula dari aplikasi kencan.

Kasus pertama terjadi di Marga Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Ade Ary Syam Indradi menjelaskan, korban awalnya berkenalan dengan seorang perempuan melalui aplikasi MiChat. Keduanya saling berkomunikasi intensif hingga akhirnya sepakat untuk bertemu.

Namun saat pertemuan, korban terkejut. Sosok yang datang tak sesuai dengan foto di aplikasi ternyata seorang pria berpenampilan perempuan (transpuan). Setelahnya, korban kehilangan dua ponsel miliknya. Kasus ini dilaporkan ke Polres Metro Bekasi Kota pada 10 Januari 2025, dan pelaku telah berhasil ditangkap.

Kasus kedua terjadi di Gambir, Jakarta Pusat, pada Maret 2025. Kali ini melibatkan komplotan yang lebih besar, yakni sebanyak 20 orang pelaku ditangkap di sebuah apartemen. Modusnya adalah penipuan investasi fiktif yang disamarkan lewat aplikasi kencan.

ilustrasi Pixabay
ilustrasi Pixabay

Para pelaku memasang foto pria menarik sebagai profil, lalu mencari target wanita dari kalangan mapan. Mereka menggiring korban untuk berinvestasi menggunakan mata uang kripto, lalu mengarahkan pembelian produk-produk yang ternyata fiktif.

Kasus ketiga terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ada empat orang pelaku yang ditangkap. Modusnya: berpura-pura menggerebek korban, lalu melakukan pengancaman dan pemerasan. Total kerugian korban mencapai Rp6,5 juta.

Korban diajak bertemu di lokasi yang telah disiapkan. Salah satu pelaku yang merupakan istri siri dari tersangka utama bertindak sebagai sosok perempuan dalam aplikasi. Ketika pertemuan berlangsung, para pelaku mendadak datang dan berpura-pura menggerebek, menuduh korban berselingkuh. Di tengah kepanikan, mereka mengancam korban dengan pisau, meminta barang-barangnya, lalu memerintahkan korban segera meninggalkan lokasi.

Mengapa Orang Bisa Tertipu di Aplikasi Kencan? Ini Penjelasan Psikologisnya

Penipuan di aplikasi kencan semakin marak. Banyak orang yang terjebak, tak hanya karena kelicikan pelaku, tapi juga karena faktor psikologis yang membuat korban lebih rentan. Apa saja faktor tersebut? Ini menurut Psikolog, Poppy Amalya kepada Voi.id, Rabu, 9 April 2025.

Kebutuhan Emosional Jadi Celah

Salah satu alasan utama seseorang bisa tertipu adalah adanya kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian. Mereka yang merasa kesepian cenderung lebih terbuka terhadap pendekatan yang manis dan penuh perhatian, sehingga lebih mudah terjebak dalam jebakan penipu.

Rendah Diri dan Harapan Berlebihan

Individu dengan kepercayaan diri rendah kerap menjadi target empuk. Penipu yang tampil percaya diri dan menarik bisa dengan mudah membangun ilusi hubungan yang meyakinkan. Ditambah lagi, mereka yang terlalu berharap pada hubungan ideal biasanya sulit melihat tanda-tanda bahaya karena sudah terlanjur terbawa perasaan.

Kurang Pengalaman dalam Hubungan

Orang-orang yang belum pernah menjalin hubungan sehat atau yang cenderung tertutup (introvert dan pemalu), biasanya belum terlatih membaca karakter seseorang. Kurangnya informasi soal micro expression atau komunikasi nonverbal membuat mereka kesulitan membedakan mana yang tulus dan mana yang manipulatif.

ilustrasi dari teknik manipulasi (Ist)
ilustrasi dari teknik manipulasi (Ist)

Teknik Manipulasi yang Digunakan

Penipu di aplikasi kencan umumnya menggunakan teknik yang terstruktur. Di antaranya:

Grooming: Pelaku membangun keintiman lewat obrolan intens dan personal hingga korban merasa nyaman dan percaya.

Mirroring: Penipu meniru minat dan gaya bicara korban agar tampak seperti “jiwa kembar”. Ini adalah teknik komunikasi persuasif yang ampuh menciptakan koneksi semu.

Gaslighting: Pelaku membuat korban meragukan diri sendiri, bahkan realitas, sehingga jadi lebih mudah dikendalikan.

Efek Psikologis Lain yang Dimanfaatkan

Beberapa bias kognitif juga ikut bermain:

Efek Halo: Kesan pertama yang baik membuat seseorang menilai keseluruhan kepribadian pelaku secara positif.

Efek Anchoring: Informasi awal yang diberikan penipu menjadi landasan penilaian selanjutnya, meski salah.

Kurangnya Kontrol Emosi: Emosi yang tak stabil membuat seseorang lebih impulsif dan sulit berpikir logis saat berhadapan dengan rayuan manis.

Modus penipuan berbasis aplikasi kencan kini berkembang dari rayuan palsu hingga skenario kriminal terencana. Korban tak hanya kehilangan uang, tapi juga keamanan. Waspada adalah kunci utama