Strategi Komunikasi Politik Ala Anak Presiden

09 April 2025, 11:00 | Tim Redaksi
Strategi Komunikasi Politik Ala Anak Presiden
Foto Karya Luthfiah VOI

Bagikan:

JAKARTA - Kunjungan putra satu-satunya Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit Prabowo ke kediaman Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar, Menteng dan tokoh lain memiliki arti tertentu, bukan sekedar kunjungan silaturahmi idul fitri biasa. Kunjungan itu disebut-sebut sebagai replika dari Prabowo yang diharapkan menjadi jembatan hubungan antara Prabowo dan Megawati yang selama ini belum terwujud, sehingga terjalin kembali rencana pertemuan dua tokoh itu.

Banyak pihak mengartikan makna politik di balik safari lebaran Didit Prabowo ke rumah Megawati, SBY, dan Jokowi. Safari Lebaran yang dilakukan oleh Didit Hediprasetyo Djojohadikusumo, putra Presiden Prabowo Subianto, pada Idul Fitri 1446 H (31 Maret 2025) sempat menyedot perhatian publik yang diyakini atas restu Prabowo.

Dalam satu hari, Didit mengunjungi tiga mantan presiden: Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo (Jokowi). Kunjungan ini bukan sekadar tradisi halalbihalal biasa, melainkan sarat dengan pesan politik, strategi komunikasi, dan upaya menjaga keseimbangan hubungan elite nasional.

Didit Prabowo tiba di kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah, Senin (31/3/2025). ANTARA/Aris Wasita

Didit Prabowo tiba di kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah, Senin (31/3/2025). ANTARA/Aris Wasita

Didit memulai safari Lebarannya dengan mendampingi Prabowo di acara open house Istana Merdeka, di mana ia bertemu SBY. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke kediaman Megawati di Menteng, Jakarta, sebelum terbang ke Solo untuk menemui Jokowi. Pola kunjungan ini menunjukkan upaya untuk menjaga hubungan baik dengan semua pihak, terutama di tengah dinamika politik yang kompleks antara PDIP, Partai Demokrat, dan kubu Jokowi.

Menurut Adi Prayitno, Direktur Parameter Politik Indonesia, safari Didit adalah bentuk "replika politik" Prabowo untuk merawat komunikasi dengan para mantan presiden. "Prabowo ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak hanya dekat dengan Jokowi, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan Megawati dan SBY," ujarnya.

Didit memang tidak memegang jabatan resmi di pemerintahan atau partai, namun perannya sebagai utusan ayahnya dinilai strategis. Ia menjadi figur yang lebih fleksibel dalam menyampaikan pesan politik tanpa beban birokrasi.

Pertemuan dengan Megawati selama 2,5 jam disebut sebut membawa pesan khusus dari Prabowo. Kunjungan ini dianggap sebagai upaya mencairkan hubungan antara Prabowo dan Megawati, yang beberapa kali gagal bertemu langsung. Kendati Sekjen Gerindra Ahmad Muzani yang menyertai kunjungan Didit ke kediaman Megawati membantah tidak ada pembicaraan politik antar mereka, "Hanya silaturahmi lebaran biasa" katanya.

Pertemuan Didit dengan Jokowi selama 45 menit, menyampaikan salam dari Prabowo sekaligus memperkuat koordinasi antara pemerintahan saat ini dengan kubu Jokowi. Ahmad Muzani Ketua MPR dari Gerindra,yang juga sempat mendampingi Didit bertemu Megawati menyebut kunjungan ini sebagai bentuk penghormatan kepada para pemimpin yang telah berjasa bagi bangsa.

Tokoh polisi Partai Gerindra, Hendarsam Marantoko mengetakan momen yang tepat bagi Prabowo dan Megawati bertemu adalah saat kongres PDIP yang akan diadakan April mendatang, jika PDIP kemudian mengundang Ketua Umum Gerindra untuk datang menghadiri kongres.

Respons Positif dari Berbagai Pihak

Safari Lebaran Didit mendapat apresiasi dari banyak kalangan, termasuk, Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden, yang memuji langkah Didit yang "menggandeng semua anak-anak muda" dan dinilai sebagai tokoh yang bisa diterima semua pihak.

Partai NasDem juga melihat kunjungan ini sebagai sinyal positif untuk memperkuat kohesi politik nasional. Menurut anggota DPP PDIP, Ahmad Basarah menegaskan bahwa hubungan pribadi Megawati dan Prabowo tak ada masalah dan tetap baik, pertemuan langsung keduanya hanya "tinggal menunggu waktu" katanya.

Publik melihat Prabowo sebagai pemimpin dengan mengutus Didit, Prabowo ingin menegaskan citra sebagai presiden yang merangkul semua pihak, tidak terperangkap dalam polarisasi politik lama. Langkah ini juga memperkuat narasi bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran berkomitmen menjaga stabilitas politik nasional.

Safari Lebaran Didit, bukan sekadar tradisi melainkan bagian dari strategi komunikasi politik. Ia berhasil menjadi mediator antara Prabowo dengan para mantan presiden, sekaligus memperkuat citra ayahnya sebagai pemimpin inklusif dan menghargai para pendahulunya. Ke depan, langkah ini bisa menjadi fondasi bagi rekonsiliasi politik yang lebih luas.

Presiden Prabowo Subianto membagikan momen bersama Titiek Soeharto dan sang anak Didit Prabowo melalui Instagram resminya, Senin, 31 Maret 2025. (Instagram)

Presiden Prabowo Subianto membagikan momen bersama Titiek Soeharto dan sang anak Didit Prabowo melalui Instagram resminya, Senin, 31 Maret 2025. (Instagram)

Bersatunya Prabowo dan Megawati memiliki efek sebaliknya bagi pihak tertentu, misal bagi nasib Anis Baswedan dalam pencalonanya. Jika Prabowo Subianto (Presiden terpilih 2024) dan Megawati Soekarnoputri (Ketum PDIP) Bersatu, secara politik nasib Anies Baswedan dalam pencalonan atau pemilu berikutnya akan sangat terpengaruh, terutama dalam konteks dinamika koalisi dan dukungan partai.

Para analis melihat peluang Anies di pemilu 2029 akan semakin menyempit. Jika sebelumnya

PDIP diharapkan Anies, setelah ditinggalkan oleh NasDem, PKB, dan PKS yang beralih mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono, PDIP sempat menjadi satu-satunya partai besar yang berpotensi mengusungnya.

Namun, PDIP akhirnya memilih mengusung kader sendiri, Pramono Anung-Rano Karno. Jika PDIP-Gerindra Bersatu: Kolaborasi ini akan semakin mengisolasi Anies karena PDIP tidak perlu lagi mencari sekutu di luar koalisi. Megawati mungkin akan lebih mem prioritaskan kader internal atau figur yang sejalan dengan ideologi partai.

Sehingga Anies semakin kehilangan basis dukungan partai. Anies dan PDIP yang sempat disebut "dipertemukan oleh nasib yang sama" sebagai korban oligarki politik. Namun, jika oligarki (Prabowo-Megawati) bersatu, Anies akan kesulitan memposisikan diri sebagai "antitesis" yang efektif. Pilihannya bagi Anies adalah menjadi independent player atau bergabung dengan partai lain seperti partai buruh atau atau Partai Gelora.