JAKARTA - Apple Inc. diperkirakan akan menghadapi banyak pertanyaan terkait keterlambatan peluncuran fitur-fitur kecerdasan buatan (AI) dan dampak dari ketegangan tarif antara AS dan China. Terutama saat perusahaan asal Cupertino ini melaporkan hasil keuangan kuartalannya pada Kamis, 1 Mei.
Meski Apple mendapat lonjakan pesanan untuk iPhone 16e yang lebih murah pada periode Januari–Maret menjelang kemungkinan penerapan tarif, para analis di Wall Street tetap memperkirakan akan terjadi penurunan kecil dalam penjualan iPhone. Ini akan menjadi kuartal kedua berturut-turut Apple mencatatkan penurunan penjualan iPhone.
Pemerintah AS di bawah Donald Trump sebelumnya tidak memberlakukan tarif pada produk elektronik, tetapi Washington telah mengisyaratkan kemungkinan pemberlakuan tarif baru dalam beberapa minggu ke depan. Ketidakpastian ini membuat saham Apple turun lebih dari 16% sepanjang tahun ini dan menghapus nilai pasar lebih dari 600 miliar dolar AS.
Apple telah berupaya mengurangi dampak tarif dengan memindahkan produksi iPhone untuk pasar AS ke India. Para analis memperkirakan Apple akan membebankan sebagian biaya tarif ke rantai pasoknya, sembari menahan kenaikan harga agar tidak kehilangan pangsa pasar.
“Tarif adalah pedang Damocles bagi Apple — menggantung, mengganggu, dan sangat politis,” kata Eric Schiffer, Chairman dari Patriarch Organization, sebuah firma ekuitas swasta di California yang memiliki saham Apple.
Berbeda dengan pesaingnya seperti Samsung dan Google (Alphabet), Apple dinilai lambat dalam meluncurkan fitur AI yang dijanjikan dalam konferensi pengembang tahun lalu. Peningkatan pada asisten suara Siri ditunda hingga 2026, dan Apple bahkan menarik iklan yang menampilkan kemampuan AI yang belum tersedia.
Fitur AI sangat penting di pasar China, di mana Apple terus kehilangan pangsa pasar ke pesaing lokal seperti Huawei. Apple telah bekerja sama dengan Alibaba untuk menawarkan layanan AI di China, namun belum memberikan jadwal peluncuran resmi.
Pengiriman iPhone di China turun 9% pada kuartal Maret — menjadikan Apple satu-satunya produsen smartphone utama yang mencatat penurunan di wilayah tersebut, menurut data dari IDC.
Namun demikian, permintaan tinggi untuk iPhone 16e seharga 599 dolar AS di India membantu Apple merebut posisi teratas dalam penjualan smartphone global selama kuartal tersebut, menurut Counterpoint Research.
BACA JUGA:
Pendekatan Apple yang hati-hati dan mengutamakan privasi dalam pengembangan AI membuat peluncuran teknologinya melambat dan perusahaan tertinggal dibanding pesaingnya, kata Jacob Bourne, analis dari eMarketer.
“Dengan ancaman tarif yang membebani struktur biaya, Apple menghadapi tekanan untuk bergerak lebih cepat dalam inovasi AI dan penataan ulang rantai pasok — dua hal yang sama-sama membutuhkan modal besar,” ujarnya.
Secara keseluruhan, pendapatan Apple diperkirakan naik 4,2% pada periode Januari–Maret, sejalan dengan laju pertumbuhan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan iPad yang meningkat dan pertumbuhan unit layanan digital Apple.
Penjualan iPad diperkirakan meningkat 9,1% di kuartal kedua, sementara bisnis layanan — yang menjadi penyumbang pendapatan terbesar kedua setelah iPhone — diperkirakan tumbuh 11,8%.