Bagikan:

JAKARTA - Iran berhasil menggagalkan serangan siber besar-besaran terhadap infrastruktur negaranya pada Minggu, 27 April, seperti diungkapkan Kepala Perusahaan Komunikasi Infrastruktur Iran, sehari setelah ledakan dahsyat merusak pelabuhan peti kemas terpenting di negara itu. Ini juga bertepatan dengan putaran baru pembicaraan dengan Amerika Serikat terkait program nuklir Iran yang disengketakan.

"Salah satu serangan siber yang paling luas dan kompleks terhadap infrastruktur negara berhasil diidentifikasi dan langkah-langkah pencegahan telah diambil," kata Behzad Akbari pada Senin, 28 April,  seperti dikutip kantor berita semi-resmi Tasnim, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Teheran dan Washington menyelesaikan putaran ketiga pembicaraan nuklir di Oman pada Sabtu, 26 April, bertepatan dengan ledakan besar yang mengguncang Pelabuhan Bandar Abbas, pelabuhan terbesar di Iran, yang penyebabnya masih belum diketahui.

Bahan kimia di pelabuhan diduga memicu ledakan tersebut, namun penyebab pasti belum dipastikan, dan Kementerian Pertahanan Iran membantah laporan media internasional yang mengaitkan ledakan itu dengan kesalahan penanganan bahan bakar padat untuk misil.

Iran sebelumnya telah beberapa kali menuduh musuh bebuyutannya, Israel, sebagai dalang di balik serangan-serangan siber. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu mengatakan bahwa infrastruktur nuklir Iran seharusnya sepenuhnya dibongkar – bukan hanya dibatasi untuk mencegah pengembangan senjata nuklir.

Pada tahun 2021, sebuah serangan siber besar terhadap stasiun pengisian bahan bakar di Iran dikatakan kemungkinan besar dilakukan oleh Israel. Pada tahun 2023, serangan siber yang lebih besar lagi mengganggu sekitar 70% SPBU di Iran, dengan kelompok bernama "Predatory Sparrow" mengklaim bertanggung jawab sebagai bentuk balasan atas "agresi Republik Islam Iran dan proksinya di kawasan."