Bagikan:

JAKARTA – Munculnya model kecerdasan buatan (AI) DeepSeek diperkirakan akan memberikan peluang lebih besar bagi produsen chip China seperti Huawei untuk bersaing di pasar domestik melawan prosesor buatan AS yang lebih kuat.

Selama bertahun-tahun, Huawei dan perusahaan chip China lainnya kesulitan menyaingi Nvidia dalam menciptakan chip kelas atas yang mampu melatih model AI, suatu proses di mana data digunakan untuk membantu algoritma belajar membuat keputusan yang akurat.

Namun, model DeepSeek berfokus pada "inferensi"—yakni ketika model AI menghasilkan kesimpulan—dengan mengoptimalkan efisiensi komputasi daripada hanya mengandalkan kekuatan pemrosesan mentah. Inilah alasan mengapa model ini diperkirakan dapat mempersempit kesenjangan antara prosesor AI buatan China dengan pesaingnya dari AS.

Huawei serta pembuat chip AI China lainnya seperti Hygon, EnFlame yang didukung Tencent, Tsingmicro, dan Moore Threads baru-baru ini mengumumkan bahwa produk mereka akan mendukung model DeepSeek, meskipun belum banyak detail yang dirilis.

Model Open-Source 

Para eksekutif industri memperkirakan bahwa sifat open-source DeepSeek serta biayanya yang rendah dapat meningkatkan adopsi AI dan pengembangan aplikasi nyata di China. Ini sekaligus membantu perusahaan-perusahaan China mengatasi pembatasan ekspor AS terhadap chip berdaya tinggi.

Bahkan sebelum DeepSeek menjadi sorotan tahun ini, produk seperti Huawei Ascend 910B sudah dinilai lebih cocok untuk tugas inferensi yang tidak terlalu membebani komputasi. Perusahaan seperti ByteDance memilihnya untuk menjalankan model AI yang telah dilatih guna membuat prediksi atau melakukan tugas seperti chatbot.

Di China, puluhan perusahaan mulai dari produsen mobil hingga penyedia telekomunikasi telah mengumumkan rencana untuk mengintegrasikan model DeepSeek ke dalam produk dan operasional mereka.

"Perkembangan ini sangat sejalan dengan kapabilitas vendor chipset AI China," kata Lian Jye Su, kepala analis di firma riset teknologi Omdia. "Chipset AI buatan China kesulitan bersaing dengan GPU Nvidia dalam pelatihan AI, tetapi beban kerja inferensi jauh lebih fleksibel dan memerlukan pemahaman lokal serta spesifik industri yang lebih dalam."

Nvidia Tetap Mendominasi

Meski chip AI buatan China lebih kompetitif dalam biaya untuk inferensi, analis Bernstein Lin Qingyuan menilai bahwa keunggulan ini masih terbatas di pasar domestik. Nvidia tetap lebih unggul, bahkan untuk tugas inferensi.

Meskipun pembatasan ekspor AS melarang pengiriman chip pelatihan AI Nvidia yang paling canggih ke China, perusahaan ini masih diizinkan menjual chip pelatihan yang kurang bertenaga, yang tetap dapat digunakan pelanggan China untuk inferensi.

Nvidia juga mengandalkan CUDA, platform komputasi paralel yang memungkinkan pengembang perangkat lunak memanfaatkan GPU Nvidia tidak hanya untuk AI atau grafis, tetapi juga komputasi umum. Hal ini menjadikan CUDA sebagai komponen kunci dominasi Nvidia.

Banyak perusahaan chip AI China tidak secara langsung menantang Nvidia dengan meminta pengguna meninggalkan CUDA, tetapi lebih memilih untuk mengklaim kompatibilitas dengan platform tersebut.

Huawei menjadi yang paling agresif dalam upayanya memisahkan diri dari Nvidia dengan menawarkan alternatif CUDA yang disebut Compute Architecture for Neural Networks (CANN). Namun, para ahli menilai bahwa Huawei menghadapi hambatan besar dalam meyakinkan para pengembang untuk beralih dari CUDA.

"Kinerja perangkat lunak dari perusahaan chip AI China masih kurang saat ini. CUDA memiliki pustaka yang kaya dan beragam kemampuan perangkat lunak, yang membutuhkan investasi jangka panjang yang signifikan," kata Su dari Omdia.