Bagikan:

JAKARTA - Pada Kamis, 13 Juli, seorang co-founder Stability AI menggugat startup kecerdasan buatan tersebut dan CEO-nya. Ia mengklaim bahwa mereka menipunya agar menjual saham 15% miliknya seharga 100 dolar AS hanya tiga bulan sebelum perusahaan mencapai valuasi pasar 1 miliar dolar AS (Rp15 triliun).

Dalam gugatan yang diajukan di pengadilan federal San Francisco, Cyrus Hodes mengatakan bahwa CEO dan co-founder, Emad Mostaque, meyakinkannya bahwa Stability AI "secara substansial tidak memiliki nilai" bahkan ketika Mostaque sedang bekerja pada apa yang menjadi generator gambar populer, Stable Diffusion.

Hodes, yang menggambarkan dirinya sebagai "pemimpin pemikiran yang terkenal di dunia kecerdasan buatan", mengatakan bahwa Stability AI dan Mostaque juga tidak pernah mengungkapkan pembicaraan mereka dengan perusahaan modal ventura sebelum Mostaque membeli sahamnya pada Oktober 2021 dan Mei 2022.

Pada Agustus tahun lalu, Stability AI mengamankan pendanaan sebesar 101 juta dolar AS (Rp1,5 triliun) yang menilai perusahaan berbasis di London tersebut sebesar 1 miliar dolar AS, dan baru-baru ini mencari pendanaan dengan valuasi 4 miliar dolar AS (Rp60,7 triliun) , demikian disebutkan dalam gugatan tersebut.

Perilaku Mostaque "mencerminkan ketamakan korporasi pada tingkat terburuk dan benar-benar mengguncangkan hati nurani," demikian bunyi gugatan tersebut.

Hodes ingin agar sahamnya 15% dikembalikan, ditambah dengan ganti rugi atas dugaan penipuan oleh para terdakwa dan dugaan pelanggaran kewajiban fidusia oleh Mostaque.

Stability AI mengatakan dalam sebuah email: "Gugatan ini tidak memiliki dasar yang kuat dan kami akan mempertahankan posisi kami secara agresif." Perusahaan tersebut mengumumkan pendanaannya pada bulan Oktober tahun lalu.

Hodes adalah mantan penasihat Uni Emirat Arab dan direktur program kecerdasan buatan di John F. Kennedy School of Government, Universitas Harvard.

Dia mengatakan bahwa dia telah bekerja "berjam-jam" sejak awal tahun 2020 di Stability AI, termasuk dalam sebuah proyek yang pada akhirnya tidak berhasil untuk membantu pemerintah merespons pandemi COVID-19 dengan lebih cepat.

Stability AI menggambarkan dirinya sebagai "perusahaan generative AI open source terkemuka di dunia", yang teknologinya terbuka untuk umum, berbeda dengan perusahaan closed source.

Pada Mei lalu, penyedia foto stok Getty Images mengajukan permohonan kepada pengadilan London untuk menghentikan Stability AI menjual sistem generasi gambar mereka di Britania Raya, dengan alasan pelanggaran hak cipta yang diduga.

Bloomberg News melaporkan bahwa Stability AI baru-baru ini berhasil mengumpulkan kurang dari 25 juta dolar AS (Rp379,7 miliar) dalam penawaran catatan yang dapat dikonversi setelah mengalami kesulitan dalam mengumpulkan dana dengan valuasi 4 miliar dolar AS.