Bagikan:

JAKARTA – Industri baterai China tengah berada di garis depan revolusi energi dengan percepatan pengembangan baterai solid-state. Teknologi mutakhir ini tidak hanya menjanjikan kepadatan energi yang lebih tinggi, keamanan yang lebih baik, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan baterai litium-ion konvensional, tetapi juga menjadi kunci fundamental bagi kemajuan pesat "mobil terbang" atau flying cars.

Berbagai produsen baterai raksasa China, dilansir dari China Daily, Senin, 9 Juni, menunjukkan progres signifikan dalam perlombaan inovasi ini.

Pada awal Mei lalu, Gotion High-Tech mengukir sejarah dengan meluncurkan uji jalan perdana untuk baterai all-solid-state generasi terbarunya. Pencapaian ini menyusul rampungnya jalur percontohan 0,2 gigawatt-jam pertama di China yang sepenuhnya terlokalisasi.

Tak hanya itu, Gotion juga memperkenalkan baterai G-Yuan, yang mampu mencapai kepadatan energi impresif 300 Wh/kg. Menurut Chief Scientist Gotion, Zhu Xingbao, baterai ini dirancang untuk aplikasi utama pada pesawat electric Vertical Take-Off and Landing (eVTOL), kendaraan listrik (EV), dan bahkan robot humanoid.

Ganfeng Lithium dan CATL Tak Ketinggalan

Ganfeng Lithium, pemain besar lainnya, baru saja mengumumkan keberhasilan membangun tata letak rantai penuh untuk baterai solid-state. Mereka kini memiliki kapabilitas riset dan produksi di area-area kunci. Produk mereka saat ini telah mencapai kepadatan energi 420 Wh/kg, dan bahkan berhasil mengembangkan sampel yang mencapai 500 Wh/kg.

Sementara itu, CATL, raksasa baterai global, juga melaporkan pada pertengahan Mei bahwa baterai solid-state mereka dapat mencapai kepadatan energi maksimum 500 Wh/kg. CATL bahkan tengah memajukan proyek pesawat penumpang listrik sipil, dengan mematuhi standar keselamatan dan kualitas penerbangan melalui berbagai pengujian ketat.

Para produsen ini diperkirakan akan mencapai instalasi demonstrasi skala kecil baterai all-solid-state pada kendaraan di tahun 2027, dan melangkah ke produksi massal pada tahun 2030. Aplikasi baterai jenis ini sangat luas, tidak terbatas pada kendaraan listrik saja.

Para analis sepakat bahwa kemajuan pengembangan baterai solid-state secara fundamental akan menentukan waktu peluncuran pesawat terbang ketinggian rendah, yang diwakili oleh eVTOL. Professor Huang Liang dari Hunan University menekankan bahwa pengembangan eVTOLs dan pesawat ketinggian rendah lainnya menuntut persyaratan yang lebih tinggi pada baterai dalam hal kepadatan energi, power output, pengisian cepat, dan masa pakai yang panjang. Baterai solid-state perlu secara bertahap menembus kepadatan energi 400 hingga 600 Wh/kg untuk memenuhi kebutuhan ini.

Data menunjukkan, eVTOL mengonsumsi 65 kilowatt-jam per 100 kilometer, tiga hingga lima kali lebih banyak dari EV, dan membutuhkan daya instan 10 hingga 15 kali lebih tinggi saat lepas landas dan mendarat. Saat ini, perusahaan eVTOL terkemuka mensyaratkan baterai memiliki kepadatan energi 300 Wh/kg dan masa pakai 500 siklus.

Sementara EHang, perusahaan kendaraan udara otonom, telah membuktikan potensi ini. Pada November tahun lalu, EHang meluncurkan uji terbang eVTOL yang dilengkapi baterai solid-state. Hasilnya sungguh mengesankan: waktu terbang tunggal mencapai 48 menit dan 10 detik, peningkatan 60 hingga 90 persen dalam waktu operasional dibandingkan uji sebelumnya.