JAKARTA - Produsen otomotif di dunia saat ini berlomba-lomba merancang inovasi baterai terbaru untuk kendaraan listrik masa depannya.
Sebagai contoh, BYD kini memiliki baterai dinamakan ‘Blade’ yang dikembangkan secara mandiri oleh produsen otomotif tersebut. Ini digunakan pada kendaraan ramah lingkungannya seperti Electric Vehicle (EV) dan Plug-In Hybrid (PHEV).
Raksasa otomotif lainnya seperti Toyota juga telah memproduksi baterai EV di Jepang dan memperluasnya ke luar negeri, termasuk di Carolina Utara, Amerika Serikat (AS).
Nah, General Motors (GM) tidak mau kalah dalam menciptakan baterai untuk kendaraan listriknya. Perusahaan otomotif dari Amerika Serikat (AS) ini disebutkan memproduksi lebih banyak sel baterai daripada pesaingnya seperti Tesla.
Dilaporkan Bloomberg dan dikutip dari InsideEVs, Kamis, 17 April, pabrik baterai Ultium Cells milik GM yang terletak di pinggiran kota Nashville, Tennessee, Amerika Serikat (AS) telah membentang seluas lima lapangan sepak bola dan dapat beroperasi selama seharian dan seminggu penuh.
Menurut laporan tersebut, fasilitas senilai 2,3 miliar dolar AS (Rp38,6 triliun) ini dapat memproduksi 5.000 sel baterai utuh setiap jamnya.
BACA JUGA:
Fasilitas lainnya seperti di Lordstown, Ohio, AS juga berperan dalam memproduksi baterai EV secara massal. Kedua pabrik tersebut merupakan hasil kerja sama antara GM dengan perusahaan baterai ternama, yakni LG Energy Solution.
Kedua perusahaan ini bekerja sama dalam memproduksi kendaraan listrik di AS, seperti Chevrolet Equinox EV dan Cadillac Lyriq.
Produksi sel baterai yang dilakukan secara masif setelah GM memutuskan untuk memangkas biaya baterai sebesar 60 dolar AS (Rp1 juta) per kWh pada tahun lalu. Kemudian di tahun ini, perusahaan menargetkan penurunan 30 dolar AS (Rp504 ribu) lagi dengan meningkatkan produksi.
Jika langkah ini berhasil dilakukan, GM akan mencapai pemangkasan harga sekitar 100 dolar AS (Rp1,6 juta) per kWh atau diperkirakan terjadi penurunan harga sebesar 50 persen dibandingkan biaya baterai pada 2023 lalu dan berpotensi mengalahkan Tesla dan produsen China lainnya.
Sebagai pembanding, biaya rata-rata per kWh mencapai 94 dolar AS (Rp1,5 juta). Hal ini menempatkan GM dalam jarak yang hampir sama dengan pasar kendaraan listrik dengan biaya paling kompetitif di dunia.