JAKARTA - Salah satu 'warisan' dari keputusan yang dibuat oleh Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS) pada Senin, 13 Juli kemarin adalah membatalkan larangan dua tahun Manchester City dari kompetisi Eropa. CAS meyakini, tuduhan terhadap City tidak terbukti. UEFA, di pihak mereka, mengakui putusan tersebut tanpa berkomentar lebih jauh.
Sebelumnya, UEFA menemukan bahwa klub Inggris ini telah melakukan pelanggaran peraturan Financial Fair Play (FFP), dan telah ditetapkan untuk absen di sepak bola Eropa selama dua tahun. Namun, CAS membalikan keputusan tersebut kemarin.
Ini adalah kasus penting di mana sebuah klub ditemukan melanggar peraturan. Namun kini, hukuman tersebut tidak dapat bertahan karena berbagai alasan yang tidak jelas.
CAS memutuskan bahwa tuduhan itu melewati batas waktu (time-barred), karena aturan UEFA menetapkan undang-undang bahwa penuntutan berlaku selama lima tahun. Alhasil, pencabutan larangan City tersebut dianggap sebagai sebuah kekalahan Badan Pengawas Keuangan Klub (CFCB) UEFA.
BACA JUGA:
Mudah bagi UEFA untuk memberi sanksi kepada tim-tim kecil Turki, Yunani, dan bahkan Spanyol dengan dalih FFP. Tetapi ketika dua raksasa olahraga Eropa saat ini, PSG dan Manchester City, berada di garis tembak, senjata mereka kosong.
Fakta bahwa sepak bola membutuhkan uang dari klub-klub tertentu, tidak terbantahkan lagi. Buktinya, ketika klub-klub besar ini melakukan apa pun yang mereka suka, apakah itu sesuai aturan atau tidak, UEFA ompong.
Apa yang lebih menyakitkan adalah bahwa sesungguhnya orang-orang berhenti percaya terhadap konsep FFP pada tahun lalu. Saat itu Paris Saint-Germain menandatangani Neymar dan Kylian Mbappe di jendela transfer musim panas yang sama.
UEFA takes note of the decision taken by the Court of Arbitration for Sport to reduce the sanction imposed on Manchester City FC...
— UEFA (@UEFA) July 13, 2020
CAS kemudian menjatuhkan penyelidikan terhadap klub Prancis itu, namun tidak ditanggapi oleh UEFA. Jelas sekali, FFP harus berubah. Presiden La Liga Javier Tebas bahkan sampai berkomentar mengenai dibatalkannya hukuman City.
"Kita harus mempertimbangkan apakah CAS adalah badan yang tepat untuk mengajukan banding atas keputusan lembaga sepak bola," kata Tebas melansir MARCA. "Swiss adalah negara dengan reputasi besar di dunia arbitrase, CAS tidak sesuai dengan tugasnya."
Putusan Senin kemarin telah menjadi pukulan palu godam bagi klub-klub yang mengikuti aturan dan mencoba dan membuat diri mereka sendiri bertanggung jawab secara finansial seperti mereka berkompetisi di lapangan.
Bagi City, ini adalah anugerah. Selain larangan mereka dibatalkan, denda mereka - awalnya 30 juta euro - juga didiskon menjadi 10 juta euro. Sementara bagi tim-tim besar di Benua Biru, mereka tidak lagi takut pada konsep FFP. Ya, mereka pasti akan melanggarnya lagi.