Bagikan:

JAKARTA - Saat Timnas Indonesia didorong diaspora menargetkan tempat di putaran final Piala Dunia 2026, kapten Jay Idzes memiliki pandangan jelas bahwa para pemain yang lahir dan dibesarkan di Indonesia serta naturalisasi dalam skuad bersatu untuk tujuan dan kesetiaan yang sama.

Dari 29 pemain yang masuk dalam skuad pertama Patrick Kluivert, hanya 10 pemain lokal. Sisanya diambil dari diaspora.

Sebagian besar direkrut selama masa jabatan Shin Tae-yong. Namun, empat nama, kiper Emil Audero, bek kiri Dean James, gelandang Joey Pelupessy, dan striker Ole Romeny, semuanya dipanggil untuk pertama kalinya.

Ini adalah strategi perekrutan yang telah menimbulkan perdebatan signifikan di Indonesia.

Di satu sisi, masuknya pemain kelahiran Eropa keturunan Indonesia secara tiba-tiba telah meningkatkan hasil Skuad Garuda dan memberinya harapan untuk lolos ke Piala Dunia pertama sejak kemerdekaan.

Memang, ada kekhawatiran bahwa ketergantungan pada pemain yang dikembangkan di luar negeri ini berisiko menghambat jalur pengembangan pemain muda yang masih baru jika tidak ditangani.

Pandangan tersebut baru-baru ini dibagikan oleh pelopor jalur naturalisasi yang sekarang sudah banyak dijalani, Sergio van Dijk.

Namun, pandangan itu coba disingkirkan oleh Jay Idzes. Lahir di Belanda, dia memilih untuk mewakili tanah asal nenek dari pihak ibu pada akhir tahun 2023 dan memulai debutnya pada Maret berikutnya.

Bagi bek Venezia, yang sejak saat itu menjadi kapten Tim Garuda, yang jauh lebih penting daripada tempat kelahiran pemain Indonesia ialah kemauan mereka untuk berjuang dan melakukan tugas mereka.

"Saya pikir federasi (PSSI) melakukan pekerjaan yang hebat dengan menarik pemain baru untuk bermain bersama Timnas Indonesia, bermain untuk keluarga mereka, dan bermain untuk negara mereka."

"Bagi saya, pesan saya adalah bahwa ketika pemain baru datang, meskipun kami berasal dari belahan dunia yang berbeda, kami lahir di tempat yang berbeda, kami tetap berjuang untuk warna yang sama. Kami tetap memiliki tugas untuk membela dan mewakili negara."

"Para pemain baru yang datang sudah terintegrasi dengan sangat baik dalam kelompok ini."

"Saya pikir suasana dan kelompok ini sangat bagus," kata Jay Idzes.

Mengingat banyaknya pemain yang dikembangkan di akademi Belanda dan akademi Eropa lainnya di jajaran pemain Indonesia, musim ini menandai pertama kalinya level teknik dan fisik pemain Indonesia mampu mengalahkan lawan yang lebih diunggulkan.

Di bawah Shin Tae-yong, mereka bertahan dengan hasil imbang 0-0 dengan Australia di Jakarta, September 2024.

Pada November 2024, mereka membuat sejarah dengan mengalahkan Arab Saudi 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Meskipun ia dengan cepat menjelaskan bahwa pertandingan melawan Australia (kalah 1-5) pada 20 Maret 2025 merupakan ujian berat baru yang signifikan, Idzes mengatakan hasil ini menunjukkan peningkatan standar.

"Kami telah menunjukkan (selama) tahun lalu, mungkin sedikit lebih, bahwa Indonesia adalah negara yang harus dihadapi," kata sang bek.

"Kami menunjukkannya di grup ini. Anda lihat kami berkembang dan membangun di dalam organisasi," tutur Jay Idzes lagi.

Berikutnya, Jay Idzes dan kolega bersiap bangkit saat menjamu Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Selasa, 25 Maret 2025.

Pada perjumpaan perdana di Riffa, Skuad Garuda nyaris meraup tiga poin andai tak ada gol kontroversial Bahrain pada injury time akhir.

Karena itu, Timnas Indonesia mengincar poin penuh di hadapan pendukung sendiri untuk menandai kebangkitan sekaligus menjaga asa.

Peluang Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 masih terbuka lebar. Saat ini, anak asuh Patrick Kluivert ada di peringkat keempat klasemen Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan koleksi enam poin.

Mereka berselisih empat poin dari Australia dan tiga poin dari Arab Saudi di peringkat kedua serta ketiga setelah tujuh laga.

Jepang sudah tidak bisa diganggu di puncak klasemen dengan 19 poin (enam menang dan satu seri). Samurai Biru juga menjadi tim pertama yang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.