Bagikan:

JAKARTA - Era baru Arsenal telah dimulai. Mikel Arteta mengambil alih kepemimpinan The Gunners dari Unai Emery pada Minggu, 22 Desember kemarin.

Arteta memang belum memimpin tim barunya. Tapi, ia menonton dari tribun Goodison Park ketika Arsenal ditahan imbang Everton 0-0 akhir pekan lalu. Ini merupakan clean sheet tandang pertama The Gunners di Liga Premier sejak akhir pekan pembukaan musim ini.

Berbicara kepada media sebelum pertandingan kontra Everon, Arteta berjanji untuk 'membakar setiap tetes darah' agar Arsenal menjadi lebih baik.

Pelatih 37 tahun itu mulai bekerja di markas latihan Arsenal di London Colney pada hari Minggu dan akan memimpin tim barunya untuk pertama kali pada Boxing Day ke kandang Bournemouth, Kamis besok.

Tetapi sebelum laga perdana itu tiba, ada banyak hal yang membutuhkan perhatian Arteta. Di antaranya, mengembalikan kepercayaan diri penyerang sekaligus kapten mereka, Pierre-Emerick Aubameyang.

Sudah menjadi rahasia umum, kesenjangan antara Arsenal dan kapten mereka telah tumbuh sejak beberapa waktu. Striker yang  penuh sukacita pada musim panas lalu kini telah berubah menjadi sosok cemberut seiring tanggung jawab yang diberikan kepadanya, terutama menjadi 'suara' untuk ruang ganti di tengah pergolakan hebat.

Yang kedua, mengembalikan persatuan penggemar yang terpecah belah. Ya, sulit dipercaya bahwa kurang dari 15 bulan sejak para penggemar meneriakkan "kami mendapatkan kembali Arsenal" setelah tim Unai Emery menghancurkan Fulham, masalah lama Arsene Wenger justru kembali.

Di stadion, bangku penonton jarang terisi penuh. Di media sosial, perang sesama suporter The Gunner kerap terjadi, Belum lagi kritikan terhadap pemain seperti Granit Xhaka, Ainsley Maitland-Niles, Shkodran Mustafi, dan bahkan pemain muda Bukayo Saka.

Tidak seorang pun, bahkan Arteta, punya hak untuk memberi tahu penggemar bagaimana caranya mendukung klub mereka. Tetapi jika Arteta setidaknya bisa menciptakan suasana positif di sekitar klub, dia telah melakukan hal hebat.

Lalu, ketika Wenger pergi, godaan terbesar tim ini adalah menyingkirkan pemain seperti Granit Xhaka, Shkodran Mustafi dan Mesut Ozil yang minim kontribusi di London utara. Kemudian Emery datang dan pergi, ketiganya tidak dapat melakukan perbaikan jangka panjang untuk skuat yang diyakini hierarki Arsenal dapat menempatkan dirinya di posisi empat besar.

Kemudian, mencari sosok pemimpin sesungguhnya. Meski Aubameyang telah ditunjuk sebagai kapten, tapi ia belum bisa menyamai kewibawaan sosok Arteta saat masih bermain. Dalam enam bulan terakhir, The Gunners mengganti kapten sebanyak tiga kali. Padahal mereka membutuhkan sosok kuat untuk melewati momen buruk ini.

Yang terakhir, kemampuan Arteta menaklukkan keberanian Arsenal dalam mempekerjakannya.  Di Liga Premier, sebelum Arteta, hanya empat manajer tanpa pengalaman manajerial  yang ditunjuk sebagai pelatih kepala oleh klub 'Enam Besar'.

Tim Sherwood pindah dari tim U-23 Tottenham ke tim senior pada Desember 2013 untuk peran permanen - yang akhirnya menjadi status sementara karena ia dipecat pada akhir musim. Gianluca Vialli dan Ruud Gullit keduanya adalah manajer sekaligus pemain di Chelsea. Roy Evans adalah lulusan ruang ganti Liverpool yang minim pengalaman bermain.