Bagikan:

JAKARTA - Dinamika tentang pendistribusian royalti musik yang melibatkan para penulis lagu dan penyanyi masih bergulir. Musikus jaz, Indra Lesmana coba menyoroti dari sisi direct license.

Sebelumnya kibordis kawakan ini sempat bicara soal opsi opt-out, di mana ada hak cipta atas lagu yang mungkin untuk dikecualikan. Ia juga melihat komposer yang berteriak soal haknya sebagai sesuatu yang wajar.

Baru-baru ini ia kembali bicara mengenai royalti musik dan wacara direct license atau pembayaran langsung antara pengguna dan komposer. Musisi yang sempat tergabung di Krakatau Reunion ini menjelaskan sistem direct license di LMK Australia yang fleksibel bagi penulis lagu.

"LMK di Australia (APRA) memberikan beberapa jenis "Direct License" yg bisa diberlakukan kpd anggotanya, selain "Opt-Out" ada yg dinamakan "License Back"," tulis Indra Lesmana di Threads, 17 Maret kemarin.

Lebih lanjut Indra menjelaskan mengenai definisi lisensi itu. Ia juga mengungkap ada salah satu lagunya yang sudah menerapkan sistem tersebut.

"Licence Back memungkinkan pencipta utk melisensikan satu atau bbrp lagunya scr langsung kpd pengguna tertentu utk penggunaan tertentu. Misalnya khusus utk lagu saya yg berjudul "Bulan Diatas Asia" saya ingin melakukan direct license dgn pihak pengguna tertentu, tapi di luar itu pengguna yg lain bisa tetap berurusan langsung dgn LMK. keren ya," lanjutnya.

Penuturan Indra Lesmana didukung oleh para pengguna Threads lainnya, termasuk menyangkut kasus Agnez Mo dan Ari Bias maupun wacana direct license yang sudah dijalankan secara gentleman agreement oleh sejumlah musisi Tanah Air.

"Wah bener juga om....jadi pemilik lagu masih punya otorisasi kepada siapa yang berhak menggunakan lagunya dengan alasan khusus," kata warganet. "Sulit dimengerti fans agnezmo ini om," timpal lainnya.

"Herannya "mereka" mengatakan Direct Licensing adalah sebuah kemunduran dan premanisme industri musik," sahut lainnya," tambah user lain yang sependapat.