Bagikan:

JAKARTA - Laufey berpandangan bahwa anak-anak sekarang melihat musik dengan cara berbeda. Mereka membedakan satu lagu dengan lagu lainnya berdasarkan liriknya.

“Saya juga berpikir bahwa anak-anak zaman sekarang mengkotak-kotakkan musik berdasarkan liriknya lebih banyak daripada berdasarkan bunyinya: lirik yang bahagia, lirik yang sedih, atau lirik yang melankolis yang mengandung kerinduan,” kata Laufey, mengutip Variety, Rabu, 11 Desember.

Penyanyi-penulis lagu 25 tahun itu melihat keberadaan media sosial jadi faktor penting yang membentuk cara anak muda saat ini dalam melihat musik.

“Saya pikir karena musik telah menjadi bentuk visual dengan media sosial, lirik sebenarnya adalah apa yang dikategorikan orang,” katanya.

“Jadi ya, misalnya ketika saya berada di sebuah panggung bersama Olivia (Rodrigo) dan Chappell (Roan, di karpet merah pemutaran perdana film Rodrigo baru-baru ini), saya rasa orang-orang tidak akan berkata, ‘Wah, apa yang dilakukan penyanyi jazz acak ini di sini?’ Saya rasa juga karena usia saya dan cara saya menyajikan dan memasarkan musik saya,” sambungnya.

“Saya rasa bagi mereka saya adalah musisi modern.”

Lebih lanjut, solois berdarah Islandia-Tiongkok itu bicara soal gaya penulisan liriknya. Ia mengaku lebih banyak terinspirasi lirik lagu jaz standard ketimbang musik pop.

“Lirik yang paling saya sukai adalah lirik dalam lagu-lagu Cole Porter, Irving Berlin, dan Gershwin yang sedikit lucu. Ada sedikit ironi di dalamnya dan lirik tersebut sangat menggambarkan apa yang terjadi di sekitar penyanyi tersebut. Liriknya juga sangat orang pertama, karena diambil dari musikal. Jadi, liriknya sangat harfiah,” tuturnya.

“Dan terutama jika lagu tersebut berasal dari komedi musikal, maka liriknya sering kali lucu. Dan saya pikir itulah yang sebenarnya banyak saya pinjam. Namun, alih-alih menggunakan istilah dari tahun 40-an yang mungkin digunakan Cole Porter, saya hanya menggantinya dengan istilah dari masa saya yang akan saya katakan.”

Namun jika ditanyakan kepada Gen Z, kata Laufey, mereka akan menganggap gaya penulisan liriknya kuno.

“Sebenarnya, lirik saya terinspirasi oleh penulis teater musikal yang lagu-lagunya menjadi standar tahun 30-an, 40-an, 50-an. Saya rasa ada tingkat humor dan ironi di dalamnya, yang kini merayap ke dalam musik pop,” tandasnya.