JAKARTA – Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 6 Mei 2019, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), A.M. Hendropriyono mengingatkan WNI keterunan Arab jangan jadi provokator. Ia melihat sendiri bagaimana Rizieq Shihab dan lainnya bak hadir mengadu domba rakyat dengan pemerintah.
Sebelumnya, aroma Pilpres 2019 belum usai. Kaum ulama yang banyak merapat ke capres nomor urut 02 terus mendorong rakyat turun ke jalan. Mereka melihat terjadinya kecurangan besar dalam kontestasi politik yang dilakukan kubu Jokowi-Ma’ruf.
Tensi panas dalam Pilpres 2019 bukan pepesan kosong belaka. Segenap rakyat Indonesia sudah menentukan pilihannya pada April 2019. Jokowi-Ma’ruf unggul dari Prabowo-Sandi lewat hasil hitungan cepat.
Masalah muncul. Hasil itu dianggap tak adil oleh pendukung kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka menganggap sudah terjadi kecurangan di sana-sini. Kecurangan itu membuat kubu Prabowo-Sandi kehilangan banyak suara.
Kubu Prabowo pun tak tinggal diam. Mereka terus membawa sengketa Pilpres 2019 ke Mahkamah Konstitusi. Bukti coba disiapkan untuk mendukung klaim kecurangan dalam Pilpres 2019. Pendukung capres 02 dari kaum ulama punya cara lain.
BACA JUGA:
Mereka berkumpul dan sepakat mengatakan bahwa kubu Jokowi-Ma’ruf melakukan kecurangan. Kubu Jokowi-Ma’ruf dianggap melakukan upaya curang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif. Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta segera ambil sikap.
Mereka minta KPU mendiskualifikasikan Jokowi-Ma’ruf dari Pilpres 2019. Kecurangan hanya memunculkan pemimpin yang tak peduli dengan rakyat. Gelora aksi ulama menuntut KPU mendiskualifikasikan Jokowi-Ma’ruf pun muncul di mana-mana.
Provokasi itu muncul pula dari Front Pembela Islam (FPI) dan Rizieq Shihab yang berada di luar Indonesia. Namun, kubu Prabowo menganggap angin saja. Mereka melakukan pembelaan bahwa kaum ulama tak punya bukti kecurangan.
"Penggunaan cara yang tidak konstitusional dan tidak rasional justru menurunkan derajat ulama. Ulama dikenal sebagai sosok yang memahami ilmu, menghormati kesepakatan, komitmen, dan juga menghargai nilai persaudaraan.”
"Kita menolak orang yang terus menerus membuat narasi kecurangan. Orang yang membuat narasi kecurangan tanpa menunjukkan data dan fakta sebenarnya dia telah berbuat curang," ungkap Direktur Relawan TKN Jokowi-Ma'ruf, Maman Imanulhaq sebagaimana dikutip laman CNN Indonesia, 1 Mei 2019.
Polemik provokasi yang dilakukan kaum ulama yang menganggap Pilpres 2019 curang sampai ke telingga Hendropriyono. Mantan Kepala BIN era 2001-2004 itu memperingatkan langsung WNI keturunan Arab –kaum ulama—tak jadi provokator pada 6 Mei 2019.

Ia melihat sendiri WNI keturunan Arab termasuk Rizieq Shihab dan lainnya seraya mengadu domba rakyat. Ia menegas mereka harusnya bisa memberikan contoh baik, bukan malah membuat gaduh satu negara.
Penyataan Hendropriyono pun banjir kecaman. Pernyataannya dianggap rasis. Hendropriyono bak mau membangun narasi membedakan kaum bumiputra dan nonbumiputra. Narasi itu justru dianggap berbahaya bagi eksistensi negara di masa yang akan datang.
"Saya ingin memperingatkan bangsa Indonesia, WNI keturunan Arab supaya sebagai elite yang dihormati oleh masyarakat kita, cobalah mengendalikan diri jangan menjadi provokator. Saya ingatkan, karena di dusun, di desa, masyarakat kita kalau ada orang Arab pidato, bicara semua cium tangan. Kalau China tidak ada yang cium tangan di kampung-kampung.”
“Artinya masyarakat keturunan Arab WNI tahu posisinya yang dimuliakan rakyat, dengan dimuliakannya tahulah dalam posisi yang diharapkan mengayomi. Jangan memprovokasi untuk melakukan politik jalanan, apa pun namanya lah. Tetapi itu di jalan, tidak disiplin. Saya tidak memiliki kepentingan apapun, apalagi memojokan kelompok tertentu. Bukan cuma Habib Rizieq Syihab, tapi elite lainnya. Agar bisa menahan diri dan tidak memprovokasi," ujar Hendropriyono sebagaimana dikutip laman beritasatu.com, 6 Mei 2019.