JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 4 Mei 2020, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengungkap pandemi COVID-19 akan segera selesai pada akhir Juni. Ia yakin pemerintah dapat menanggulangi virus dari Wuhan jika rakyat patuh.
Sebelumnya, pemerintah kelabakan menghadapi virus korona yang masuk Indonesia. Korban jiwa meningkat. Ekonomi pun hancur. Namun, pemerintah enggan menggunakan solusi karantina wilayah (lockdown). Virus korona kian merebak ke mana-mana.
Pendemi COVID-19 jadi hantaman besar di seantero dunia. Semua negara merasakan dampak dari penyebaran virus korona yang masif. Angka penularannya tinggi. Korban jiwanya berjatuhan. Ekonomi negara jadi terjun bebas.
Indonesia pun merasakannya. Pemerintah meminta masyarakat Indonesia jangan panik. Empunya kuasa mencoba menyakinkan bahwa perlawanan terhadap virus korona adalah perlawanan bersama. Namun, pemerintah enggan melakukan lockdown sebagaimana negara lainnya.
Kebijakan itu dianggap bukan solusi. Lockdown justru membawa diyakini berdampak negatif bagi ekonomi Indonesia. Pemerintah Indonesia melakukan imbauan sebisanya sembari menunggu arahan dari badan kesehatan dunia, WHO.
BACA JUGA:
Keinginan supaya rakyat Indonesia bersatu mengikuti imbauan pemerintah juga disuarakan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi meminta seluruh elemen masyarakat bahu membahu dalam membantu memutus mata rantai penyebaran virus dari Wuhan.
Ia juga berterima kasih kepada seluruh tenaga kesehatan dan aparat yang berada di garda terdepan kala pandemi. Ia juga berterima kasih kepada masyarakat yang tetap berada di rumah. Langkah itu menurutnya cukup tepat.
Jokowi pun mengimbau supaya rakyat tak kendor melakukan jaga jarak dan lainnya. Semuanya supaya pandemi segera bisa dilewati.
“Kita tidak sendiri, kita bersama dengan negara-negara lain yang juga mengalami hal yang sama untuk bersama mengatasi pandemi ini. Dan tetaplah bersabar, optimis, tetap disiplin berada di rumah. Jaga jarak dalam berhubungan berinteraksi dengan orang lain. Hindari kerumunan rajin mencuci tangan. Pakailah masker ketika keluar rumah.”
“Ketika kedisiplinan kuat itu kita lakukan, Insya Allah, kita akan kembali pada situasi dan kondisi normal dan dapat bertemu dengan saudara. Bertemu dengan teman bertemu dengan kerabat dan tetangga dalam situasi yang normal,” ungkap Jokowi sebagaimana dikutip laman sekretariat negara, 10 April 2020.

Optimisme tak melulu dirasakan Presiden Jokowi sendiri. Jajarannya ikut merasakan hal yang sama. Menko PMK, Muhadjir Effendy sampai berani memprediksi bahwa COVID-19 akan berakhir pada akhir Juni pada 4 Mei 2020.
Prediksi itu diungkapnya mengingat bulan Mei dianggap sebagai puncak wabah. Kondisi itu membuat bulan Juni wabah menurun. Namun, prediksi itu bisa saja tak tepat karena tergantung pada banyak variabel, termasuk kepatuhan masyarakat.
"Jika memakai asumsi puncak wabah terjadi pada akhir Mei dan setelah itu akan menurun. Sehingga, akhir Juni wabah sudah bisa diatasi. Tapi kami optimis, mudah-mudahan Juni sudah reda," ujar Muhadjir sebagaimana dikutip laman tempo.co, 4 Mei 2020.
Prediksi itu jelas memunculkan kritik dari mana-mana. Dunia saja berjuang memutus mata rantai COVID-19, tapi belum menghasilkan dampak yang signifikan. Angka penularan terus melaju tinggi. bahkan, beberapa di antara memprediksi pandemi takkan hilang hingga akhir tahun 2020 dan terjadi.