JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 15 April 2021, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan geram disebut sebagai diktator oleh Perdana Menteri (PM) Italia, Mario Draghi. Penyataan itu dianggap Erdogan tidak sopan dan kasar.
Sebelumnya, sikap pemerintah Turki terhadap urusan memuliakan kaum wanita kerap diragukan. Pertanyaan besar itu muncul kembali kala Erdodan tak memberikan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen kursi kala berkunjung ke Ankara. Erdogan pun dikecam banyak pihak.
Andil Turki dalam memuliakan kaum wanita kerap membawa keraguan. Pemerintah Turki dianggap tak pernah serius urusan mendukung hak-hak kaum wanita. Narasi itu dibuktikan dengan tingginya angka wanita di Turki yang jadi sasaran kekerasan rumah tangga. Belum lagi urusan diskriminasi di pekerjaan.
Pemerintahan Erdogan bak menganggap remeh urusan hak-hak kaum wanita. Alih-alih segera memuliakan wanita dan mewujudkan kesetaraan gender, Erdogan justru bawa Turki keluar dari perjanjian internasional tentang perlindungan wanita, Konvensi Istanbul pada Marer 2021.
Keluarnya Turki memunculkan kecaman dari kaum wanita di seantero dunia. Langkah Turki dianggap mengancam hidup kaum wanita dinegaranya. Masalah baru muncul. Turki malahan buat kontroversi baru.

Erdogan lagi-lagi dianggap melanggar hak kaum wanita. Kondisi itu terlihat kala Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen yang notabene wanita berkunjung ke Ankara pada 6 April 2021. Kunjungan itu menciderai kaum wanita di seantero dunia.
Pemerintah Turki dianggap tak menghargai kaum wanita. Ursula tak disediakan kursi dekat dengan Erdogan sebagaimana tamu yang lain. Kecaman pun muncul dari mana-mana. PM Italia, Draghi melontarkan kecaman keras pada 8 April 2021. Ia tak ragu-ragu menyematkan kata diktator kepada Erdogan.
"Saya sangat menyesalkan insiden memalukan yang harus dialami Presiden Komisi Eropa. Dia harus berhadapan dengan diktator, yang dengan sangat menyesal, harus kita ajak bekerja sama," ungkap Draghi sebagaimana dikutip laman Media Indonesia, 9 April 2021.
Kecaman dari Draghi yang menyebut Erdogan sebagai diktator memunculkan polemik baru. Pemerintah Turki keberatan dengan label diktator yang diarahkan ke Erdogan. Tuduhan diktator dianggap dapat merusak hubungan baik yang dijaga kedua negara.
Erdogan pun angkat bicara pada 15 April 2021. Ia sendiri marah besar disebut sebagai diktator. Erdogan menganggap tuduhan diktator sangat tidak sopan dan kasar. Apalagi, tuduhan itu muncul dari mulut seorang pemimpin Italia.
BACA JUGA:
Komentar pedas PM Italia pun disebut telah membahaya hubungan Italia-Turki. Turki mulai mengancam. Mereka berencana melakukan pembekuan kerja sama dalam berbagai sektor imbas komentar buruk PM Italia.
"Komentar yang disampaikan Perdana Menteri Italia mengarah pada ketidaksopanan total, sungguh-sungguh kasar. Pada saat kita berharap hubungan antara Turki dan Italia akan mencapai titik yang baik, pria ini yang bernama Draghi sangat disayangkan memutuskan hubungan itu," ujar Erdogan sebagaimana dikutip laman detik.com, 15 April 2021.