JAKARTA - Rumah produksi Umbara Brothers Film bersama Rumpi Entertainment dan Makara akan merilis film horor-heist perdana mereka yang menggandeng Luna Maya hingga Maxime Bouttier di Film Gundik.
Gundik mengisahkan empat perampok yang merencanakan aksi pencurian di rumah mewah milik Nyai (diperankan oleh Luna Maya), seorang wanita simpanan pejabat kaya raya.
Mereka meyakini bahwa rumah tersebut menyimpan harta berlimpah. Namun, mereka tidak menyadari bahwa Nyai bukanlah wanita biasa. Ia adalah sosok misterius dengan kekuatan gaib yang menguasai rumah tersebut.
Setelah berhasil masuk, para perampok mulai mengalami kejadian-kejadian aneh dan menakutkan, seperti aroma dupa yang menyengat, bayangan-bayangan misterius, dan teror supranatural lainnya. Mereka pun harus berjuang untuk bertahan hidup dan keluar dari rumah yang ternyata menyimpan rahasia kelam dan kutukan kuno.

Film Gundik membuka ceritanya dengan visual yang langsung memikat mata. Penampilan Luna Maya sebagai Nyai begitu mencuri perhatian sejak awal, menimbulkan ekspektasi tinggi bahwa ia akan menjadi pusat cerita dengan latar yang kuat dan mendalam.
Uniknya, meski bergenre horor, film ini mampu menyelipkan unsur komedi dengan sangat natural. Humor tidak terasa dipaksakan berkat akting ringan dan luwes para pemain, terutama Arif Didu yang mencuri perhatian lewat gaya khasnya. Chemistry antar karakter juga terbangun dengan baik, membuat alurnya terasa lepas dan tidak kaku.
Dialog yang digunakan pun terasa ringan dan mudah dipahami. Tidak ada kesan terlalu baku atau berat, sehingga penonton bisa menikmati setiap percakapan tanpa harus berpikir keras. Alur cerita juga disusun secara runtut dan perlahan, memberikan ruang bagi penonton untuk memahami konflik yang dibangun sejak awal.
BACA JUGA:
Namun sayangnya, menjelang akhir film, cerita mulai memasuki fase yang membingungkan. Kehadiran karakter baru tidak dijelaskan dengan cukup kuat, membuat arah cerita menjadi kabur dan menimbulkan banyak pertanyaan. Hal ini membuat intensitas yang sudah dibangun sejak awal jadi berkurang.
Yang cukup mengejutkan, Gundik menyajikan plot twist yang tidak terduga dan cukup efektif untuk mengejutkan penonton. Tapi di sisi lain, ekspektasi besar terhadap karakter Nyai justru terasa tidak terbayar lunas. Luna Maya yang seharusnya menjadi pusat dari kisah “Gundik”, justru terasa kurang diberi ruang untuk memperlihatkan latar belakang atau pengaruh besar terhadap konflik utama.

Kematian karakter Nyai dan motif di balik peran gundik yang ia emban pun disampaikan secara minim, sehingga menimbulkan rasa kecewa bagi penonton yang mengira film ini akan lebih mendalami kisah tokoh tersebut. Dampaknya, momen yang seharusnya emosional dan menjadi kunci cerita pun justru terasa hampa.
Secara keseluruhan, Gundik adalah film horor-komedi yang menarik secara visual dan ringan dari segi dialog, namun sedikit kehilangan arah di bagian akhir. Dengan karakter utama yang tidak diolah secara maksimal, film ini menyisakan tanda tanya dan rasa kurang puas bagi sebagian penontonnya.