JAKARTA - Menikmati perjalanan di Jakarta tanpa bising klakson, tak ada polusi karena asap knalpot, dan tanpa stres akibat kemacetan memang menjadi dambaan setiap orang. Tak sedikit orang ingin naik transportasi umum yang datang tepat waktu dan mendapatkan fasilitas terbaik.
Namun semua ini bukan lagi sekadar mimpi, melainkan visi nyata diperkenalkan Jakarta Urban Mobility Festival 2025, yang resmi dibuka hari ini di Pasaraya Blok M. Lebih dari sekadar festival, acara ini merupakan seruan kepada warga Jakarta untuk membayangkan kembali cara mereka bergerak dan beraktivitas di kota.
Acara festival ini juga menyuarakan urgensi transformasi Jakarta sebagai kota global. Dalam sambutannya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur dan transportasi menjadi salah satu prioritas utama dalam perjalanan Jakarta menuju lokasi lainnya.
“Jakarta sebagai kota aglomerasi dengan mobilitas tinggi tengah berada dalam fase transformasi menjadi kota global,” kata Pramono, saat ditemui di Pasaraya Blok M, Melawai, Kebayoran Baru pada Kamus, 25 April.
“Kami meyakini pembangunan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan berkelanjutan akan menjadi salah satu game changer dalam mewujudkan Jakarta sebagai kota global yang berdaya saing," lanjutnya.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey dalam sambutannya menekankan pentingnya transportasi umum berkelanjutan sebagai tulang punggung kota agar masa depan menjadi lebih baik lagi.
"Transportasi umum berkelanjutan adalah salah satu alat paling efektif yang kita miliki untuk membangun kota yang lebih bersih, inklusif, dan terhubung. Ini membantu mengurangi emisi, meredakan kemacetan, dan meningkatkan akses ke pekerjaan, pendidikan, dan layanan-layanan penting,” ujarnya.
"Inggris dengan bangga mendukung Pemerintah Provinsi Jakarta dalam upayanya menciptakan masa depan di mana lebih banyak orang memilih transportasi umum, bukan hanya karena lebih baik bagi planet ini, tetapi juga karena membuat kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah, sehat, dan terjangkau bagi semua," lanjutnya.
Festival ini diselenggarakan oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia yang bekerja sama dengan UK PACT, sebuah kemitraan iklim dari Pemerintah Inggris. Selama tiga hari, pengunjung dapat mengikuti lokakarya, menyaksikan pameran interaktif, hingga terlibat dalam diskusi pakar seputar mobilitas perkotaan yang ramah lingkungan.
BACA JUGA:
Namun lebih dari itu, festival ini juga menyuarakan urgensi transformasi Jakarta sebagai kota global. Statistik menunjukkan bahwa Transjakarta kini menjangkau lebih dari 85% wilayah Jakarta dan mencakup 91,6% populasi, sementara MRT dan LRT turut memperluas jangkauan transportasi publik.
Namun kenyataan pahitnya, masih banyak warga yang memilih kendaraan pribadi. Inilah sebabnya kebijakan Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (MKLL) menjadi fokus utama festival ini.
Kebijakan ini mencakup penerapan kawasan rendah emisi (LEZ), sistem jalan berbayar elektronik (ERP), serta reformasi parkir. Tujuannya sederhana namun krusial, yakni mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
"Kebijakan MKLL adalah strategi jangka menengah hingga panjang yang memerlukan perencanaan matang dan penerapan bertahap,” jelas Gonggomtua Sitanggang, Direktur Asia Tenggara ITDP.
“Tapi yang paling penting adalah memperkuat layanan transportasi publik yang inklusif dan terintegrasi secara kelembagaan, tarif, dan infrastruktur, khususnya bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, lansia, perempuan, dan anak-anak," lanjutnya.
Menurut ITDP, jika ERP diterapkan dengan benar, Jakarta bisa meraup tambahan dana hingga yang bisa diinvestasikan untuk perbaikan transportasi publik dan infrastruktur pejalan kaki. Tak hanya itu, kebijakan LEZ berpotensi menyelamatkan nyawa dari penurunan angka kematian akibat penyakit pernapasan.
Jakarta Urban Mobility Festival 2025 bukan sekadar acara tahunan, melainkan simbol dari gerakan besar menuju masa depan kota yang lebih baik. Di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan, festival ini mengajak kita sejenak menengok visi Jakarta yang lebih sehat, terjangkau, dan ramah bagi semua penghuninya. Festival ini terbuka untuk umum dari 24–26 April.