JAKARTA - Penyakit jantung selama ini dikenal sebagai penyakit degeneratif yang identik dengan usia lanjut. Namun saat ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, karena penyakit ini kini semakin sering menyerang kelompok usia muda.
Gaya hidup tidak sehat, termasuk pola makan buruk, kebiasaan merokok, hingga kurangnya aktivitas fisik, menjadi faktor utama yang mempercepat risiko penyakit jantung pada usia produktif. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menambah beban ekonomi dan kesehatan negara.
Menurut dr. Vireza Pratama Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, FSCAI, Ketua PERKI Jaya, tingginya angka kematian akibat penyakit jantung iskemik di Indonesia tidak terlepas dari gaya hidup masyarakat. Pola makan tinggi lemak dan karbohidrat menjadi salah satu penyebab utama.
"Konsumsi makanan tidak sehat seperti ini mempercepat penumpukan plak di pembuluh darah, yang dapat menyempitkan bahkan menyumbat aliran darah ke jantung dan otak. Kondisi ini berisiko memicu serangan jantung, stroke, hingga gagal jantung," kata dokter Vireza di acara Siloam Cardiac Summit 2025 di Jakarta, baru-baru ini.
Masalah lain yang turut memperburuk situasi adalah tingginya prevalensi merokok, terutama di kalangan anak muda. Kebiasaan merokok tidak hanya meningkatkan risiko penyakit jantung, tetapi juga merusak pembuluh darah dan mempercepat terjadinya kerusakan organ vital.
Sayangnya, upaya untuk mencegah populasi muda dari paparan rokok masih menghadapi banyak tantangan. Menurut dr. Vireza, edukasi yang lebih masif tentang bahaya merokok serta pembatasan akses terhadap produk tembakau harus segera dilakukan untuk melindungi generasi muda.
Selain itu, gaya hidup yang semakin sedentari atau kurang gerak juga menjadi pemicu utama risiko penyakit jantung. Banyak orang kini menghabiskan waktu dengan duduk berjam-jam tanpa diselingi aktivitas fisik. Padahal, kurangnya gerakan tubuh dapat memicu obesitas dan gangguan metabolisme, yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
BACA JUGA:
Namun, ada harapan besar untuk mengatasi masalah ini melalui pendekatan preventif. Dokter Vireza menekankan pencegahan jauh lebih efektif daripada pengobatan. Dengan perubahan gaya hidup yang sederhana namun konsisten, risiko penyakit jantung dapat ditekan secara signifikan.
Salah satu langkah penting adalah mengadopsi pola makan yang sehat dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan gula, serta memperbanyak asupan buah, sayuran, dan protein sehat.
Aktivitas fisik seperti olahraga juga harus menjadi bagian dari rutinitas harian. Berolahraga secara teratur, meski hanya berjalan kaki 30 menit sehari, dapat memberikan dampak besar pada kesehatan jantung.
"Pemeriksaan kesehatan secara rutin juga menjadi kunci penting untuk deteksi dini. Terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung, kebiasaan merokok, atau obesitas, pemeriksaan berkala dapat membantu mencegah komplikasi," paparnya
Di samping itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat harus terus ditingkatkan. Penyakit jantung bukan hanya tentang menghindari kematian dini, tetapi juga menjaga kualitas hidup yang lebih baik.