Bagikan:

JAKARTA - Kantor Bahasa Provinsi Banten, di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang melibatkan peserta dari Provinsi Banten dan DKI Jakarta.

Acara ini bertujuan memperkuat pelestarian bahasa daerah melalui partisipasi generasi muda. Sebanyak 342 peserta ikut serta dalam kegiatan ini, dengan fokus pada revitalisasi tiga bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa Banten, Sunda Banten, dan Betawi.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Asep Juanda, menjelaskan bahwa FTBI merupakan puncak dari serangkaian program revitalisasi bahasa daerah yang telah berlangsung. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga wujud apresiasi terhadap siswa SD dan SMP yang berperan sebagai generasi muda dalam melestarikan bahasa daerah.

Festival ini mencakup berbagai kategori lomba, seperti mendongeng, menulis dan membaca puisi, pidato, menyanyikan lagu daerah, lawakan tunggal, menulis cerpen, menulis dan membaca aksara daerah, serta berbalas pantun.

Pelaksanaan lomba dilakukan secara serentak di tujuh lokasi berbeda, dengan melibatkan total 63 juri. Para juri, yang terdiri atas budayawan, praktisi, dan akademisi dari Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, memastikan penilaian dilakukan secara objektif.

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, sekolah, dan para siswa.

Ia menegaskan pentingnya sinergi dalam melestarikan bahasa daerah, mengingat anak-anak merupakan aset bangsa yang memiliki peran strategis dalam menjaga keberlangsungan warisan budaya. Hafidz juga menekankan bahwa FTBI akan terus didorong untuk menjadi ajang yang setara dengan kompetisi nasional lainnya.

Para pemenang lomba dari setiap kategori mendapatkan penghargaan berupa uang pembinaan, sertifikat, dan plakat sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka dalam melestarikan bahasa ibu. Harapannya, melalui kegiatan ini, generasi muda tidak hanya semakin mencintai bahasa daerah, tetapi juga berkontribusi aktif dalam menjaga keberlangsungan budaya lokal yang menjadi bagian penting dari identitas bangsa.

4o