JAKARTA - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penyakit parkinson akan meningkat dengan drastis di tahun 2050 mendatang. Peningkatan tersebut bisa mencapai 112 persen, melonjak dari hampir 12 juta kasus menjadi 25,2 juta kasus.
Dikutip dari Health, peneliti melakukan penelitan ini dengan menggunakan data tren penyakit dari 195 negara dan memperhitungkan variabel yng memengaruhi tingkat kasus parkinson untuk dianalisis. Di Amerika diagnosis peningkatan diperkirakan hingga 60 persen.
Parkinson mempengaruhi terutama orang dewasa yang lebih tua. Penyakit ini meningkat sebagian besar pada orang yang berusia lebih dari 80 tahun.
Dengan prediksi peningkatan tersebut, parkinson harus diwaspadai, terlebih hingga saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan sepenuhnya. Namun, diagnosis lebih awal dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit tersebut menjadi parah.
Seperti diketahui, parkinson merupakan penyakit progresif, yang dapat terjadi ketika sel-sel saraf penghasil dopamin di dekat dasar tulang belakang mengalami kerusakan dan mati. Sel penghasil dopamin itu memberikan sinyal pada otak untuk memungkinkan seseorang bergerak dengan lancar.
Penyebab terjadinya parkinson dapat dipengaruhi oleh genetik, yang terjadi pada sekitar 10 persen sampai 15 persen kasus penyakit tersebut. Beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko penyakit ini adalah faktor lingkungan, seperti cedera kepala, usia, hingga paparan pestisida.
BACA JUGA:
“Patologi penyakit parkinson dapat dimulai di hidung atau usus, memberikan hubungan yang kuat dengan racun dan lingkungan,” kata Earl R. Dorsey, MD, profesor neurologi di Universitas Rochester.
Beberapa gejala parkinson yang harus diwaspadai adalah kehilangan penciuman, tremor atau bergetar saat tubuh beristirahat, gangguan tidur, perubahan gerakan tubuh, hingga kecemasan. Jika sering mengalami gejala tersebut dianjurkan segera memeriksakan diri, terlebih jika Anda memiliki keluarga dengan penyakit parkinson.