JAKARTA - Kementerian Kesehatan menegaskan penularan demam berdarah dengue (DBD) pasca-banjir dapat diminimalkan dengan langkah pencegahan yang tepat, terutama dengan menghindari genangan air yang tertampung di berbagai wadah atau area terbuka.
"Menjaga kebersihan sangat penting, terutama mencuci tangan dan kaki menggunakan sabun serta air bersih setelah bersentuhan dengan air banjir. Hal yang lebih utama adalah mencegah terbentuknya genangan air," ujar Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, dalam wawancara dengan ANTARA.
Menurut Ina, langkah utama dalam pencegahan adalah memastikan lingkungan tempat tinggal bebas dari genangan air, terutama di tempat-tempat yang dapat menjadi lokasi perkembangbiakan nyamuk.
Jika ditemukan genangan air, segera lakukan pembersihan dengan cara menguras dan menutup wadah penyimpanan air guna mencegah nyamuk bertelur di dalamnya.
Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanaman dan hewan tertentu sebagai cara alami mengusir nyamuk, seperti menggunakan tanaman lavender yang dikenal sebagai pengusir nyamuk, serta ikan cupang yang mampu memangsa jentik nyamuk.
Selain itu, penting untuk memastikan saluran air dan talang berfungsi dengan baik agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Upaya ini dapat diperkuat dengan gotong royong secara rutin bersama warga sekitar guna mengurangi risiko penyebaran nyamuk di lingkungan sekitar.
Untuk perlindungan dalam rumah, Ina menyarankan pemasangan kawat kasa pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk. Jika ingin menggunakan obat nyamuk, pastikan memilih yang telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), baik dalam bentuk semprot maupun oles.
"Ketika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan kaus kaki agar risiko gigitan nyamuk berkurang. Jangan lupa konsumsi makanan bergizi serta vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh," tambahnya.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan turut berperan aktif dalam menekan penyebaran dengue dengan menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/261/2025 mengenai Peningkatan Kewaspadaan terhadap Kasus DBD dan Cikungunya Tahun 2025, serta menyosialisasikannya kepada masyarakat.
Dalam edaran tersebut, Kemenkes menekankan pentingnya promosi kesehatan dan penerapan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus (menguras, menutup, mendaur ulang) yang dilakukan secara serentak setiap minggu melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).
"Gerakan ini harus dilakukan secara masif, terorganisir, terukur, dan berkelanjutan," jelasnya.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga mengedukasi masyarakat melalui berbagai media terkait pencegahan, pengenalan gejala berbahaya, serta langkah-langkah penanganan awal di rumah.
Dinas Kesehatan bersama instansi terkait turut disiagakan untuk merespons cepat laporan kasus dengue. Kementerian juga telah menyiapkan logistik berupa alat diagnostik cepat, larvasida, serta insektisida yang akan didistribusikan ke daerah sesuai kebutuhan.
Terakhir, Ina menyebutkan bahwa pemerintah telah mengadopsi teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang terbukti efektif dalam mencegah dengue, sebagaimana dibuktikan dalam penelitian di Yogyakarta, serta beberapa negara seperti Brasil, Australia, dan Vietnam.
"Di Yogyakarta, pilot project ini berhasil menurunkan angka kejadian dengue hingga 77% dan mengurangi masa rawat inap rumah sakit sebesar 86%. Teknologi Wolbachia ini melengkapi program pengendalian dengue yang ada, dan saat ini sedang diterapkan di lima kota, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang," pungkasnya.